24.12.08

Sembah Bakti Untuk Wanitaku

Wanitaku...,
Keringat dan peluhmu belum jua kering

Tangismu pun masih membahana
menerjang ruang-ruang sempit di benakmu

Tertawalah
Ringankan susahmu

Wanitaku.....,
Belum memutih helai rambutmu
Namun cahaya auramu tak secemerlang usiamu

Menua sebelum waktunya
Sungguh bukan harap

Tetaplah menunggu....

Tak akan
Tak akan
Dan tak akan hingga sampai kerut menghiasi pancarmu

Tetaplah menunggu....
Hingga pulang dari rantauan
Bahagia hanya untukmu

Selamat Hari Ibu
dari suamimu.....

*by gn. Ditulis dalam rangka memperingati hari ibu, hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.

15.12.08

Bertanya (Tentang) Rasa, Bertanya (Tentang) Cinta

Tuhan memberikan apa yang saya butuhkan Bukan yang saya inginkan 

*********** 

Mengapa rasa itu ada 
Mengapa cinta itu menjadi sebuah rasa 
Sebuah rasa indah 
Bernama cinta 

Karenamu... 
Karena yang kau miliki 
Tak pernah aku miliki 

Karenamu.... 
Karena yang aku punya 
Mampu engkau lengkapi 

Lebih... 
Lebih dari yang aku tahu 
Bahwa itu adalah yang aku mau 

Lebih.... 
Lebih dari yang aku sadari 
Bahwa aku membutuhkan itu 

*********** 

Terimakasih Tuhan 
Karena cinta yang Engkau pilihkan adalah dia 

Dia yang saya butuh 
Dia yang sangat melengkapi hari-hari saya 
Dengan berbagai pelajaran cinta (gn)

23.11.08

Ketika Jurnalis Dipidana Karena Pemberitan

Pers memiliki banyak elemen yang membuat keberadaannya menjadi amat multi dimensional. Unsur pelaku (jurnalis) merupakan salah satunya. Karena dari kerja jurnalistik yang dilakukan oleh para jurnalis itulah muncul sebuah karya yang kemudian disebut dengan pers.

20.9.08

Program Wajib Belajar, Perguruan Tinggi Turut Terlibat

Dalam hidupnya, manusia membutuhkan pendidikan. Seluruh komponen bangsa pun wajib mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Krisis Air Mengancam Malang Raya, Sumber Air Hilang 47,5%

Air merupakan sumber kehidupan. Airpun menjadi komoditas krusial ketika volumenya makin kritis.

23.8.08

Hasil Penelitian Adalah Peluang Usaha

Dengan adanya inkubator bisnis diharapkan akan lahir pelaku usaha baru yang mampu mendorong ekonomi lokal, membuka lapangan kerja baru yang diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Entrepreneurial University, Pemecah Jurang Besar Antara Unibraw dan Industri

Pencapaian inovasi dari setiap negara sangat tergantung dari besarnya interaksi diantara aktor dalam membentuk sistem kolektif penciptaan pengetahuan dan pemanfaatan teknologi. Aktor-aktor tersebut adalah perusahaan, universitas, lembaga litbang, dan orang-orang yang berada didalamnya (Freeman, 1987).

Kata Mereka Tentang Entrepreneurial University

Tercatat lebih dari 191.000 orang miskin ada di wilayah Kabupaten Malang. Kerjasama dengan Unibraw yang kedepan akan mengembangkan inkubator bisnis, harapannya dapat membantu mengentaskan kemiskinan secara bersama-sama.” Ir Syakur Kullu MM (Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Malang) dalam momen Semanggi (Semangat Membangun Inspirasi) Show TVRI, bertempat di Gedung Widyaloka Unibraw .

Mahasiswa Ngebet Politik

“Miris! Kampus yang seharusnya menjadi pusat pencerahan peradaban bangsa akhir-akhir ini teredukasi legitimasi politis partai tertentu. Tidak hanya merambah organisasi ekstra kampus, organisasi intra kampus pun mulai dimasuki.”

20.8.08

Nama Itu Bermasalah



Minggu ketiga bulan Juni 2008. 


Setelah beberapa hari dari kelahiran, ketika Teletubbies saya berusia 3 mingguan, baru disadari saya terbalik-balik dalam memberi nama. Ups huhu (:-p)



29.7.08

Tukang Bual

Gambar dipinjam dari sini
Sampailah gue di gerbang sekolah. Lama gue gak ke sini. Kangen gue dengan suasana muda gue. Dan satu lagi, gue kangen (baca pengen liat) si ratu bual. Kaya apa tu cewek sekarang.

Jadi gue tekanin, alasan utama gue dateng ke reuni SMA adalah ini, ngliat si ratu bual.

Perlahan gue memasuki ruang aula sekolah setelah sebelumnya mengisi buku tamu. Di dalam suara alunan musik sudah meramaikan hiruk pikuk celoteh wajah-wajah matang yang beberapa gue kenal.

Weh, itu si Amanda. Eh itu Dirga. Hmm itu Chika, Piko, Sandi, Rindra. Weleh itu Sistra eh bukan Arimbi. Yah mereka berdua kembar, susah gue bedakan sejak jaman sekolah dulu. Gue melangkah ke arah meja minuman, sambil tolah-toleh sana-sini mencoba meraba dan mungkin kalau bisa menemukan orang-orang terdekat yang gue kenal.

Dari jarak sedikit jauh, gue lihat seorang cewek melambai-lambaikan tangan. Gue menoleh, sapa tahu yang ia tuju bukan gue. Namun, sepertinya itu memang buat gue, ia tampak berjalan mendekat dan sedikit-sedikit gue merasa mengingat sesuatu. Senyum itu, yak senyum itu.

"Diandraa apa kabar?" cewek ini sudah ada di hadapan mata dan cipika-cipiki ke gue. Gue senyum masih berusaha mengingat.

"15 tahun berlalu ya nekkk," cewek itu berbasa-basi.

"Eh," bahu gue ditepuknya, "bengong aja, lu lupa sama gue ya? Ini Pipink dodol...".

Penjelasannya langsung menyadarkan gue. Gue bengong. Ah apa iya?

"Lu apa kabar? U uhh.., tambah cantik aja lu ya, gak kucel kaya dulu," ia asyik nyerocos tanpa memberi kesempatan gue untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Dia hanya memberi kesempatan gue tersenyum tipis sedikit terpaksa. Dan ia asyik menceritakan kemajuan-kemajuan hidupnya, tanpa gue tanya. Catat, tanpa gue tanya.

Telinga sedikit panas si, tapi gue belajar menghormati, belajar menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan ratu bual yang pernah sukses membohongi gue, mengibuli gue, merebut pacar gue. Oh ya omong-omong apa mantan pacar gue itu udah jadi suaminya sekarang? Mana? Gak keliatan sama dia.

Dengan memegang gelas berisi sirup warna hijau di tangan, sesekali melihat sekeliling, sudah setengah jam gue mendengarkan cerita panjang lebar Pipink yang sekali lagi semua itu tanpa gue tanya. Kenapa ni acara gak dimulai-mulai ya? Ngaret amat. Cukup de gue ngelihat si Pipink dan ngedengerin bualannya.

Cukup gue tahu kalo ia diputusin Dion setahun setelah mereka jadian.
Cukup gue tahu kalau wajah Pipink dipermak sana-sini sama botox (kayanya).
Cukup gue tahu ia belum laku-laku (kapok).
Cukup gue tahu ia masih aja tukang bual (omong doang).

Dulu gue benci setengah mati ama dia (kayanya sampai sekarang)
Karna dia ngerebut Dion. Dan ngekhianati gue, sahabatnya.
Enggak sadar apa, dulu cuma gue yang mau sahabatan sama dia. Itu juga karna gue kasian.
Dasar tukang bual.

Bodoh juga tu Dion kena bualan. Pantes setahun setengah setelah lulus sma dulu ia sering berusaha ngajak ketemuan. Tapi karena sakit hati, boro-boro gue jawab, males dah pokoknya buka urusan.

Suara dari MC yang meminta undangan untuk duduk di meja yang telah disediakan akhirnya memutus obrolan gue sama Pipink. Gue pun pamit untuk menuju ke kursi dengan nomor undangan gue. Usai cipika-cipiki, gue ngacir pergi.

Enggak, gue enggak pergi ke kursi gue.
Gue pulang! Karena seperti gue jelasin tadi, alasan utama gue dateng ke reuni SMA cuma satu, ngliat si ratu bual, si Pipink.

Enggak, gue gak kangen sama temen-temen gue yang lain. Misi selesai, gue pulang.  Kasihan, anak gue pasti dah nangis-nangis minta ditetekin. (gn)

23.7.08

5 Hari Kerja

Terkait dengan dilaksanakannya sistem 5 hari kerja di Universitas Brawijaya (Unibraw), pihak kampus dalam hal ini Rektor, Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito, mengeluarkan beberapa kebijakan yang mana tertuang dalam surat edaran rektor Nomor 3404/J10/KP/2006. Surat edaran yang ditujukan kepada pimpinan Universitas, Fakultas, Program, Lembaga, Jurusan dan segenap dosen serta pegawai administrasi (baik PNS maupun Honorer) di Unibraw ini mensosialisasikan sistem baru yang diberlakukan di lingkungan kampus mulai dari jam kerja, metode presensi, uang makan, insentif untuk pegawai adminstrasi, pemberian sanksi, penanggung jawab, dan beberapa hal lain pendukungnya.

Ketika Mahasiswa Nongkrong Bukan Sekadar ‘Nongkrong’

Melepas kepanatan dari rutinitas tidak hanya dilakukan dengan tidur atau sekedar menonton TV, nongkrong, kini menjadi salah satu alternatif untuk sekadar menyegarkan pikiran. Fenomena nongkrong bahkan telah menjadi sebuah kebutuhan tersendiri bagi kebanyakan orang. Berbicara tentang nongkrong, hampir selalu dikaitkan dengan anak muda. Namun sayang, kegiatan ini masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, sehingga banyak diantara mereka yang men-cap kegiatan ini sebagai kegiatan yang sia-sia. Lantas bagaimana kegiatan ini dapat memberikan manfaat tersendiri bagi para ’anak nongkrong’?

Menyorot Kebijakan Program Rektorat Kini

Peningkatan kualitas pendidikan dan semua aspek yang terkait dengannya, kini menjadi PR yang besar bagi tiap perguruan tinggi. Bagaimana tidak, untuk menjawab tuntutan global, setiap perguruan tinggi dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan manajemen yang diharapkan mampu untuk mendobrak kualitasnya. Halnya dengan Universitas Brawijaya, sebagai salah satu PTN terbesar di Indonesia, PTN ini dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebagai konsekuensi persaingan global. Apalagi seiring penerapan BHPMN yang diharapkan dapat memberikan peluang untuk akselerasi dan ruang gerak lebih leluasa bagi dinamika perkembangannya ke depan. Tentunya, ini akan menjadi tugas berat bagi Rektor terpilih, Prof. Dr.Ir. Yogi Sugito menjawab tantangan pada peningkatan daya saing Universitas Brawijaya sesuai visinya berstandar internasional.

23.6.08

Jangan Hanya Wacana di Pak Rektor Saja

Bagaimanakah penilaian perwakilan elemen mahasiswa mengenai kondisi Brawijaya dan program kerja rektor? Berikut wawancara dengan Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya, Dede Supardjo.

Nongkrong, Tipologi Gaya Hidup Mahasiswa dengan Notabene Baikkah?

“NONGKRONG”. Fenomena ini sadar atau tidak sadar sudah menggejala bahkan membudaya dalam kehidupan remaja khususnya mahasiswa. Secara psikologis, memang benar mahasiswa juga mempunyai kebutuhan untuk bersama-sama dengan teman sebayanya dan mengekspresikan diri dalam rangka mencari identitas diri. Namun bisa menjadi jaminankah aktivitas nongkrong yang mereka lakukan bisa memberi output yang positif dalam kehidupan mereka sehari-hari? Atau jangan-jangan mereka punya “sense of self” takut dikatakan tidak gaul?

23.5.08

Suara Hati Sie Acara

Dalam kepanitiaan PK2, boleh dibilang sie acara adalah sie yang paling sibuk. Selain mengkonsep acara, mereka juga harus selalu memastikan acara yang diadakan berlangsung sesuai dengan agenda yang sudah dibuat. Akrie misalnya, mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer yang menjadi koordinator acara PK2 maba di MIPA ini mengaku perlu persiapan keras yang harus dilakukan selama kepanitiaan. Persiapan tersebut mulai dari fisik hingga pengetahuan. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Holi, koordinator acara FK. Namun keduanya mengaku, semua itu tidak menjadi halangan mereka untuk bekerja secara maksimal. Karena rasa lelah serasa terbayar ketika acara berhasil dilaksanakan.

PK2 Bernuansa Kekeluargaan di FK

Acara PK2 maba di Fakultas Kedokteran benar-benar dikemas berbeda dari fakultas-fakultas lainnya. Panitia mempunyai cara yang unik untuk menciptakan kesolidan baik diantara maba sendiri maupun antara maba dengan panitia. “Sistem keluarga”, itulah cara yang diusung panitia demi menciptakan suasana kekraban.

9.5.08

Tentang Blogging

Punya ide?
Capcus tulis!

Punya uneg-uneg?
Capcus sok atuh tulis.

Tulis.
Tulis.
Tulis!

Biarkan gerakan tangan mengalir seiring otak begitu saja!

Tulis.
Tulis.
Tulis!

Jangan menengak-nengok apa yang kau tulis!

Tulis.
Tulis.
Tulis!

Tulis saja!

Ide habis?
Sok, mangga boleh tengak-tengok!

Uneg-uneg selesai?
Capcus cek cek cek!

Baca.
Baca.
Baca!

Baca lagi yang ditulis!

Edit.
Edit.
Edit!

Perbaiki sana dan sini!

Puas?

TERBITKAN ENTRI!

(gn)

23.3.08

Marah Lagi…, Marah Lagi…….!

KECEWA. Itulah yang dirasakan TERRA (Tertib Acara) Fakultas Ekonomi pagi ini. Kekecewaan tersebut terjadi dikarenakan peserta MIKA 2006 yang saat itu melaksanakan lari pagi tidak kompak dan tidak lantang dalam menyuarakan jargon.
“Satu….jiwa……, satu…..FE….”. Jargon tersebut diharapkan bisa menjadi penyemangat bagi seluruh maba saat beraksi lari pagi mengelilingi kampus. Namun sayang, entah karena capek, malas, atau karena alasan lainnya, maba terkesan ogah-ogahan meneriakkan jargon.

Salah Masuk Karena Tegang

Tepat pukul 6.30 WIB. “Satu…jiwa…., satu…..Terra”. Lagi-lagi jargon tersebut terdengar membahana ketika PK2MABA Fakultas Ekonomi dimulai. Raut muka mahasiswa baru yang sebelumnya tampak tenang seusai menyantap sarapan pagi langsung berubah menjadi tegang.

28.2.08

Quote Of The Day

DENGAN TERSENYUM DAN MENYENYUMKAN DUNIA SETIDAKNYA MEMBUAT HIDUP JAUH TERASA LEBIH RINGAN. (GN)

Fajar Meminta Fajar

Gambar dipinjam dari sini
Kulihat Fajar mendoa tekun di dalam gereja. Mendekap kitab lalu dibacanya. Ia menggauli keyakinan, mencari ketentraman. Setidaknya saat ini, detik ini, ketika istrinya bertaruh hidup untuk buah hati yang dikandungnya.

"Tuhan tolong perempuanku Tuhan. Kalaupun ada yang harus pergi, biar itu aku Tuhan," Fajar meminta sebuah keajaiban.

Ucapan dokter terngiang-ngiang di kepalanya."Kami akan berusaha Pak, tapi untuk bisa menyelamatkan dua-duanya adalah hal yang akan kami perjuangkan," ujar Dr. Pram tadi ketika beliau meminta Fajar meminta menandatangani surat izin operasi.

"Yesus, aku mohon selamatkan dua orang terkasih dalam hidupku!" Fajar kembali memohon, berlutut persis di depan altar.

Dua jam Fajar di dalam gereja. Kurasa sudah cukup. Aku harus mengajaknya untuk makan. Kuingat betul sedari pagi hingga sekarang belum ada makanan apapun yang dikonsumsinya. Setiap ditawari selalu menolak. Dia harus makan, setidaknya dua tiga sendok untuk kekuatannya sendiri.

Aku mulai melangkah masuk ke dalam gereja kecil yang memang masih berada di dalam kawasan rumah sakit. Sempat kudengar suara sesenggukan dengan suara berat. Kulihat Fajar berbaring menelungkup ke samping, persis di depan altar. Hatinya berat. Hatinya susah. Aku paham betul itu.

Aku menyentuh bahu Fajar," Jar..., yuk," aku membantu membangunkan Fajar! Kupapah tubuhnya menuju keluar dari kapel gereja.

=====================

Kulihat Fajar hanya memainkan sendok dan makanan yang ada di atas piringnya. Suasana kantin sedang sepi. Dan aku yakin pikiran Fajar sedang menerawang ke suatu tempat ke suatu masa.

Tiba-tiba dari pintu kantin muncul Budhe Lastri, adik dari mertua Fajar. Ia melambaikan tangannya ke arahku, meminta aku untuk menghampirinya. Kutengok Fajar, ia masih melamun dan memainkan sendok di tangan kanannya. Ia lurus memandang ke depan, pandangan kosong, entah melihat apa.

Aku bangkit meninggalkan kursiku, berjalan menuju Budhe Lastri.

"Inggih Budhe, ada apa?"
Budhe membisikkan sesuatu di telingaku. Aku terperangah sejenak, linglung!

Aku dan Budhe berbincang sesaat, 3 menitan. "Inggih Budhe," kata terakhirku sebelum Budhe berlalu pergi.

Aku berbalik, menuju kembali ke kursiku. Aku gontai, sedikit berat. Kulihat Fajar masih melamun kosong. Apa yang harus kukatakan? Dewi, istri Fajar, dan putri pertama mereka yang ada di dalam kandungan tak terselamatkan. Apa yang aku lakukan Tuhan? Apa yang harus aku katakan? Semeter lagi, aku sudah akan duduk kembali di kursiku. "Apa yang harus aku katakan Tuhan?" aku menarik nafas pelan. (gn)

24.2.08

Makanlah Buah Walau 'Seketek'!




Makan buah? 

Oh itu harus. Tapi seringkali kantong udah kadung cekak oleh kebutuhan makanan yang lebih pokok kaya nasi dan lauk. Jadinya, buah lebih seringkali menjadi konsumsi yang rada terbengkalai. Kata saya sih, hehe. Dan itu sebenarnya curhat colongan yang terjadi di kehidupan saya.

Sebagai masyarakat yang masih terpaku pada kebutuhan pokok, sajian buah menjadi konsumsi yang terhitung langka. Cuma pada momen-momen tertentu saja bisa menjadikannya hidangan yang akhirnya masuk mulut, huhu.

Nah saya pribadi selalu mencoba untuk mengingatkan diri saya, dan melakukan sesempat, sebisanya saya, untuk mengkonsumsi buah walau 'seketek' alias sedikit. 

Walaupun itu buah yang murah sekalipun. 
Walaupun itu cuma tomat hasil kebun sendiri (yang uda 
Walaupun itu hasil oleh-oleh tahlilan atau selamatan.
Walau itu beli di pasar gak ada sekilo.
Walau itu bisa dibilang bukan anggur, bukan apel, bukan pear.
Walau itu cuma GEDANG (red: pisang).
Walau itu cuma KATES (red: pepaya)
Walau itu cuma mangga (yang panen setahun sekali saja belum tentu, yang dapetnya gratisan dari poon depan rumah). 
Yang penting MANFAATNYA, kata saya.

Saya termasuk manusia yang kurang doyan sayur. Nah kalau kurang asupan buah juga? Gimana dunk? Hahaha, mungkin bisa mati muda. Huhu (oh no, jangan sampai :-p).

Karenanya, selalu ingetin diri, selalu curi-curi kesempatan, walau itu cuma 'seketek', MAKAN BUAH ITU PENTING. Dan bukankah makan buah emang penting? Walau kayanya lebih penting urusan negara dan rumah tangga ya? Hahaha, :-p (gn)

7.2.08

Kau Adalah....

Gambar dipinjam dari sini
Stigma dan hujaman kata-kata itu terus memburu. Bahkan ketika tidurpun.

......................

Tria menguap. Ia masih mengantuk. Tapi dia ingat, ia punya janji siang ini dengan tante Sofie. Bergeraklah ia menuju kamar mandi dengan malas. Dilihatnya masih ada antrian. Hidup sebagai anak kos memang mengharuskan beberapa hal utnuk berbagi. Dan ia butuh adaptasi untuk semua ini. Maklum, titel anak kos baru disandangnya 2 hari.

"Huaaa...," Tria menguap tanpa membungkam mulutnya. Membuat beberapa pria di depannya menoleh dan memperhatikannya dengan sedikit menunjukkan reaksi terganggu. Tapi Tria cuek, belum sadar penuh dari tidurnya rupanya.

Nah.., akhirnya tiba jugalah giliran Tria. Setengah jam mengantri, terkantuk-kantuk sambil berdiri, akhirnya bisa juga dia masuk untuk menyegarkan badannya yang alergi air hampir tiga hari. Selama tiga hari ini, sejak minggat dari rumah, ia hanya luntang-lantung, makan, tidur, makan dan tidur.

......................

"Siang Tria...," perempuan setengah baya berusia hampir 40 tahun itu berdiri dan menyapanya. Rupanya ia datang lebih dulu daripada Tria.

"Ya tante, siang!" Tria menjulurkan tangan untuk menjabat Sofie, "maaf tante Tria terlambat, sudah lama?"

Mereka berdua berbasa-basi sebentar lalu akhirnya menuju ke pokok pembicaraan.

"Konsultasinya di rumah saja ya Tria, keberatan?" tanya Sofie.

"Oh, enggak tante. Sekarang?"

Sofie mengangguk.

......................

Hampir 5 jam Tria berbaring di meja terapi. Ketika terbangun dari terapi hipnotis yang dilakukan Sofie, dirasakannya ada bekas air mata di bawah kelopak matanya.

"Saya menangis ya tante?" tanya Tria.

Sofie mengangguk. "Gak pa pa Tria. Gimana perasaannya sekarang?"

"Ada rasa sedikit lepas si tante. Gak beban banget kaya tadi pagi," jawab Tria.

"Mulai sekarang kalau ada apa-apa, ke tante aja. Ya?"

Tria mengangguk. Ia lalu mengikuti Sofie menuju meja kerjanya.

"Ini obat penenang. Kamu minum hanya kalau kamu merasa tidak mampu mengendalikan dirimu saja. Ya? Jangan terlalu menggantungkan pada ini. Kau bisa ke sini kan?" nasihat Sofie.

Tria mengangguk.

......................

"Kamu itu memang bodoh."

"Kamu itu memang gak becus."

"Kamu itu gak bisa apa-apa memang."

"Kamu malu-maluin."

"Kamu itu...."

"Kamu itu...."

"Kamu itu...."

Kata-kata itu terus bergema dalam otak Tria.  Sedari kecil ia berusaha mentasbihkan segala doktrin-doktrin itu. Hingga akhirnya sebulanan ini ia tak mampu lagi membendung kuasa hati dan otaknya. Kata-kata itu benar-benar meracuninya. Terus memburu, bahkan ketika tidurpun.

Segala yang ia buang jauh-jauh untuk dimasukkan ke dalam hati, menjadi penuh pertimbangan.

"Apa iya aku bodoh?"

"Hmm aku memang bodoh ya?"

"Apa iya aku gak becus?"

"Hmm aku ini memang gak becus emang ya?"

"Oh iya kali, aku memang enggak bisa apa-apa!"

"Hmm jadi aku ini emang gak bisa apa-apa ya?"

"Hmm iya bener, aku memang gak bisa apa-apa kali!"

"Hu uh, aku malu-maluin."

"Eh, apa aku malu-maluin?"

"Iya ya? Aku malu-maluin?"

"Uhh jadi aku begini...!

"Hmm aku begitu ya...?"

"Hu uh aku begini begitu!"

"Jadi begini dan begitu itu aku ya??"

"Jadi beginilah begitulah aku itu sesungguhnya."

"Mereka yang bilang!"

"Kata mereka aku itu adalah yang begini dan yang begitu."

"Jadi itulah aku."

Tria berbincang terus dengan dirinya. Stigma dan hujaman kata-kata itu terus memburu. Bahkan ketika ia tidur.

Sekarang, lima bulan setelah konsultasi pertamanya dengan Sofie, psikolog yang direkomendasikan kekasihnya, stigma dan hujaman kata-kata itu masih memburu. Bahkan ketika tidur. (gn)

*Ketika kau bilang anakmu cengeng, maka ia akan berpikir bahwa ia cengeng. Ketika kau bilang.....

15.1.08

The Butterfly Effect


Ini adalah film bergenre psikologi yang saya sukkaaaa (suka suka suka, hehe) buangggettt.

PLOT CERITA:

Pada tahun 2002, Evan Treborn ( Ashton Kutcher ), yang mengalami pelecehan seksual parah dan trauma sebagai seorang anak (diperankan oleh Logan Lerman ) dan remaja (diperankan oleh John Patrick Amedori ), kulit hitam keluarsering, sering pada saat-saat tinggi stres . Sementara menghibur seorang gadis di kamar asrama, ia menemukan bahwa ketika ia membaca dari jurnal remaja, ia perjalanan kembali dalam waktu , dan ia mampu "Redo" bagian dari masa lalunya, sehingga menyebabkan pemadaman yang ia alami sebagai seorang anak. Ada konsekuensi untuk pilihan-Nya, bagaimanapun, bahwa kemudian merambat kembali ke kehidupannya sekarang: berjangka alternatif itu bervariasi, dari mahasiswa, untuk tahanan, untuk diamputasi . Usahanya didorong oleh keinginan untuk membatalkan peristiwa yang paling tidak menyenangkan dari masa kecilnya yang bertepatan dengan pemadaman misterius, termasuk penyelamatan-Nyaanak-anak kekasihnya Kayleigh ( Amy Smart ) dari yang diganggu oleh ayahnya ( Eric Stoltz ) dan dilecehkan oleh saudara laki-agresif-nya ( William Lee Scott ).

Tindakan yang diperlukan, dan orang-orang yang memungkinkan orang lain untuk mengambil selama pemadaman, mengganti timeline di masa depan yang baru dimana dia terbangun. Saat ia terus melakukan hal ini ia menyadari bahwa meskipun niatnya baik tindakannya memiliki konsekuensi tak terduga. Selain itu, asimilasi senilai puluhan tahun kenangan baru dari jadwal alternatif menyebabkan dia kerusakan otak dan mimisan parah. Akhirnya, ia memutuskan bahwa usahanya untuk mengubah masa lalu sampai akhir hanya merugikan orang-orang yang peduli. Tapi Evan menyadari bahwa penyebab utama dari penderitaan semua orang di semua jadwal yang berbeda adalah dirinya sendiri.

Pada akhir film, Evan sengaja perjalanan kembali dalam waktu satu waktu akhir untuk hari pertama ia bertemu Kayleigh.Menakuti pergi, dia akhirnya berhasil menyelamatkan nyawa Kayleigh. Dia kemudian menghancurkan semua jurnal dan kenangan sehingga ia tidak pernah tergoda lagi untuk membuat perubahan lagi.

Film berakhir delapan tahun di masa depan dengan Evan meninggalkan sebuah gedung perkantoran di Manhattan dan lulus Kayleigh di trotoar siang hari ramai. Mereka bergantian berhenti dan berubah setelah bercak dan melewati satu sama lain.Sementara Kayleigh tampaknya hanya memiliki isyarat samar setelah melihat dia di suatu tempat sebelumnya, Evan mengingat dengan sangat baik dan setelah ragu-ragu, memungkinkan saat ini untuk lulus dan membiarkan dia berjalan menjauh darinya tanpa berkata apa-apa.

1.1.08

Welcome 2008

Gegap gempita pesta kembang api semalam masih sangat terasa ketika saya terbangun dari tidur. Jam menunjukkan pukul 11 lebih 20 menit.

Hari ini  tanggal satu bulan satu di tahun yang baru, 2008.

Happy new year...!!!
Harapan terbaik semoga mampu kita wujudkan di tahun yang penuh dengan semangat baru. (gn)