28.5.07

Quote Of The Day

SAAT-SAAT TERBURUK TERKADANG MERUPAKAN SAAT MANUSIA PALING AKRAB DENGAN TUHAN. (GN)

24.5.07

Yuk Hijaukan Rumah Kita!


Haduu, gerah deh!
Haduu, panas deh!
U uhh 'sumuk'

Hehe, begitulah keluhan beberapa kawan karib saya! Hmm, yah panteslah, gimana enggak panas. Lhah wong rumah padet dimana-mana tapi kagak ada penyejuknya. AC? Iya kalo berduit banyak. Lhah ini? Pas-pasan denk, hehe.


Hmm rumahnya adem ya?
Hmm lantainya kenyes-kenyes, dingiiinnn!
Hmm, gak ah, gak usa pake lepas jaket, adem di sini..
Hmm kok bisa gini si, dingin. Rumahku sumuknya poll..

Hehe, lain cerita, begitulah komentar orang-orang yang bertandang ke rumah saya. Huuu, bangga sih, hehe. Apalagi efek ademnya bukan karena ada AC atau karena sedang musim penghujan. Tapi emang karena rumah saya rimbun, yah gak rimbun-rimbun amat si, tapi lumayan lah ada beberapa poon (red: pohon) dan tanaman-tanaman hias di sekitaran rumah. Dan pastinya itulah yang membuat rumah saya dingin walau hawa panas kaya apa, haha bangga sedikit sombong, ixixixi.

Sebenarnya efek gerah, itu dikarenakan lapisan ozon sudah makin menipis. Bayangkan saja bejibun areal tanah yang nampak sepuluh tahun lalu, sekarang banyak yang berubah peruntukan menjadi gedung, rumah dan semacamnya. Yah, kebutuhan akan pemukiman emang selalu meningkat seiring dengan meningkatnya orok yang lair tiap harinya, hehe. Nah, PR nih buat pemerintah buat segimana bagusnya peraturan tentang areal hijau tetap terjaga dan kalau perlu beberapa area penting yang sekiranya dah padat ama bangunan semen beberapa dirubah peruntukannya untuk areal hijau dengan cara relokasi.

Persoalan makin panasnya bumi pada dasarnya adalah persoalan yang pelik. Banyak faktor, banyak yang terlibat, dan yaahhh banyak aspek selain soal urusan ijo-ijo (red: tanaman). Dan semua itu adalah tanggung jawab bersama, semua warga bumi. Dan hal sederhana namun bermakna dan berfaedah bagi bumi dan penghuninya salah satunya adalah penghijauan.

Bukan yang pertama kali penebangan besar-besaran atas pohon-pohon besar dilakukan di kota kita. Beberapa jalan besar yang dulu teduh juga sekarang gersang. Kita menjerit sekaligus tak berdaya. Bukankah harus ada harga yang dibayar demi pembangunan dan kemakmuran?

Apakah karena pohon tidak protes sekalipun ratusan tahun hidupnya disudahi dalam tempo sekian hari? Yah, lebih mudah memang menebang pohon daripada menyumpal mulut orang. Padahal untuk satu pohon saja untuk menjadi kuat dan besar membutuhkan waktu tahunan, bahkan puluhan tahun. Namun dalam sekejab bisa menjadi batangan.


Menurut saya, ukuran keberhasilan sebuah kota bukan kemakmuran dadakan dan musiman, melainkan usaha panjang dan menyicil agar kota memiliki kualitas sebagai tempat hidup yang layak dan sehat bagi penghuninya.


Dan saya percaya perubahan bisa dilakukan dari rumah sendiri, tanpa harus tunggu siapa-siapa. Jika kita percaya dan prihatin lingkungan kita panas, penuh polusi karena kekurangan pohon yang tak mampu memadai  menyerap CO2, MAKA BERBUATLAH SESUATU. 

Kita bisa mulai dengan menanam satu pohon saja minimal di tempat tinggal kita. Atau bisa juga beberapa tanaman dalam pot untuk hunian yang tidak memiliki lahan tanam.  Tak adanya pekarangan bukan masalah bukan? Bisa pakai pot, ember bekas, dsb. Pesan moralnya sederhana, kita bertanggung jawab atas suplai oksigen masing-masing. Jika pemerintah kota ini tak bisa memberi kita paru-paru kota yang layak, tak mampu membangun tanpa menebang pohon, mari perkaya oksigen kita dengan menanam sendiri.
Kota ini boleh jadi amnesia.

Rumah tempat tinggal saya sudah? Hunian anda? (gn)