26.6.10

IZINKAN AKU PERGI

Entah sudah berapa lama aku terlelap hingga akhirnya tersadar dari tidur. Kulihat sekelilingku, kuamati satu persatu benda yang ada di sana.

"Huuhhhhh," lenguhku panjang.

Sialan, ternyata aku masih saja di sini. Seperti kemarin, seperti dua hari lalu, bahkan seminggu yang lalu.

Jujur aku sudah bosan. Ini bukanlah tempatku. Dan hanya satu hal, "Aku ingin pulang," hatiku menjerit-jerit meneriakkan tiga kata ini.

Terbayang di kepalaku, "Ayahku". Siapa yang mengurusnya. Kakek tua yang merepotkan dan menyebalkan. Apa mau tetangga-tetangga sombong itu membantu mengurusnya?

Andai saja oh andai saja. Andai saja waktu itu ayah tidak mengajakku yang masih belia pergi merantau ke Jakarta. Mungkin nasib kami tidak seperti ini. Meskipun hidup ala kadarnya dengan bertani, masih ada opung, oma, paman, bibi juga kerabat-kerabat dekat lain. Setidaknya kami masih memiliki keluarga juga sanak tetangga yang saling peduli.

Sedang di sini? Haha, orang-orang terlalu sibuk untuk dirinya sendiri.

"Ayaahh," gumamku pelan.

"Semakin lama aku di sini, itu beban namanya," mantapku menguatkan diri.

"Kenapa tukang ojek itu membawaku ke sini? Mestinya biarkan saja mati di pinggir jalan," gerutuku.

Lekas kulihat sekeliling.

Sepi.

Pelan-pelan kulepas semua tetek bengek yang dipasang di badanku. "Aduh," keluhku sakit.

Dengan badan lunglai aku bangun. Segera aku berjalan mengendap, berharap tak ada seorangpun yang tahu.

Kubuka pintu pelan, lalu kulongokkan kepalaku untuk mengintip, "Aman".

Segera kuteruskan langkah menuju lorong gerbang. Sampai akhirnya agak jauh tiba-tiba terdengar suara, "Bu Rohana mau kemana? Bu! Bu!"

Aku yang lemas merasa semakin tak kuat menopang tubuh. Hingga akhirnya badanku ditangkap oleh orang-orang berseragam putih itu.

++++

"Pasien DBD itu sudah diberi penenang Dok! Demamnya masih tinggi," lapor seorang perawat pada dokter jaga.

++++

Esok hari muncul headline di koran lokal setempat:

"Merasa Tak Mampu Bayar Biaya RS, Pasien Mencoba Kabur 3 Kali". (gn)

20.6.10

Menikmati Umur





Menikmati sisa umur itu susah-susah gampang.
Dan saat ini saya, juga bermilyar-milyar orang di dunia, tengah mencoba menikmati waktu yang masih disediakan serta mengejar harapan-harapan yang belum tuntas.
Jujur, saya kurang suka bila pagi datang. Entahlah, di saat pagi saya pasti tersadar bahwa bumi telah berputar dan seiring menjalankan roda waktu.
Bahwa malam telah usai, bahwa kemarin sudah jadi yang lalu, dan   sekarang adalah saat panjang saya harus kembali memulai kisah hidup, dan entahlah akan bagaimana malam nanti ketika saya hendak tidur dan merenungkan apa yang telah saya kerjakan.
Kadang saya takut melewatkan waktu, takut kehilangan orang-orang yang saya sayangi. Yah, ketika mulai dewasa dan semua di sekeliling beranjak tua (juga lahir yang baru) saya semakin ‘phobia’ saja sama yang namanya kehilangan. Kehilangan yang saya sayangi, kehilangan yang pernah saya miliki dan khawatir tak sempat mewujudkan yang saya ingin miliki. Hahaha, penyakit orang yang sudah tua dan dikejar-kejar kawin, hehehe :-p.
Hmm terus begimane dunk? Hahaha, kayanya gak ada jalan lain. Terus berusaha menikmati hidup dengan melakukan sebaik-baiknya yang bisa dilakukan. Menyayangi dan menunjukkan kasih sebisa mungkin terhadap orang-orang di sekitar (supaya ketika mereka pergi nantinya, atau kita tinggalkan, tidak ada penyesalan. Tidak ada yang mengetahui kapan umur usai bukan? :-D)
Dan yang paling penting, DEKATLAH SLALU DENGAN TUHAN. Karena itulah kunci agar semua yang kita lakukan menjadi ringan, tanpa beban, dan penuh syukur .(gn)