31.1.10

Wani Piro?

Pernah memiliki pengalaman gak? Ketika sedang memarkir motor di suatu tempat dan asyik jalan-jalan ataupun melakukan aktivitas lainnya lalu kita tersadar bahwa kunci motor kita masih tertinggal di motor? Nah saya punya cerita terkait hal ini. Dan patut kita berpikir TANYA KENAPA.

Ketika itu kawan saya, yang membonceng saya, lupa menyimpan kunci motor usai memarkir motor di sebuah mall di kawasan alun-alun Kota Malang. Nah, alamat paniklah kita begitu sadar. Kami langsung lari pontang-panting kembali ke tempat parkiran dan o ow, ternyata kunci sudah tidak ada di tempat.

Kami mencoba bertanya pada petugas parkir yang bertugas di areal tersebut (juru parkir di tempat ini adalah staf outsourching dari kantor penyedia jasa perparkiran).

Dia pun bertanya, "Motornya nomor polisi berapa?", dan kami pun menyebutkan nomor polisi motor yang kami bawa.

Petugas tersebut melihat catatan disebuah buku lalu menjawab, "20 ribu".

O ow apa ini. Masih gak donk kami berdua. Bengong rada bingung, bukannya dijawab terkait apakah kunci motor kami diketemukan petugas atau apa, malah ditodong duit.

Karena saya dan teman saya masih celingukan tolah-toleh satu sama lain, petugas tersebut lalu berkata, "Kuncinya di Pak itu," katanya sambil menunjuk seorang temannya yang berada sedikit jauh dari kami. "20 ribunya dulu," lanjutnya lagi.

Hmm kok jadi malak gini ya? Pikir kami. Padahal tanpa diminta pun kami sudah berniat untuk yah adalah sebagai ucapan terimakasih. Tapi ini? O ow, seolah ditodong WANI PIRO? Miris deh, bukan hanya sembako yang mahal, kebaikan pun sekarang juga mahal ternyata.

20 ribu itu sebenarnya tidak seberapa dibanding rasa syukur kami tidak jadi kehilangan kunci. Hanya saja, CARANYA. Bikin eneg dan rada gak ikhlas de :-(.

Malas ribut, dan lagian kondisi juga capek plus stres panik gara-gara tu kunci, yah kita bayar aja dah tu 20 ribu. Setelah membayar dia pun memanggil rekannya yang tadi disebut dengan 'Pak Itu' untuk memberikan kunci kami. Dan 'Pak Itu' sambil memberikan kunci dia pun sempat berpesan, "Jangan hilang lagi ya?". Pesannya baik si, tapi kongkalikongnya sama si penarik tarif yang 20 ribu ini yang kurang baik.

Nah, cerita lain saya alami ketika saya dan seorang teman memarkir motor ketika menonton pertandingan bola, AREMA. Kali ini kami teledor dan kelupaan membawa kunci lagi usai memarkir motor.

Ketika kembali ke area parkiran dan kami tanyakan pada petugas di sana, responnya jauh lebih baik si dari kisah yang pertama tadi. Dia meminta nomor parkir kami, STNK, dan setelah dilihat cocok ia memberikan kunci motor kami. Kami pun berucap terimakasih. Tapi lah kok, usai itu ia berujar, "10 ribu mbak,".

Lah lah lah?
Sedikit lebih tenang daripada kasus pertama  saya sambil sedikit bingung pura-pura goblok bertanya, "10 ribu? Buat apa Pak?"

Bapaknya juga bengong bentar lalu mencoba mencairkan suasana. "Gak gak Mbak, guyon,".

Hahaha, padahal saya tahu si, bisa nebak dari gesture dan tata bicaranya. Dia tadi serius.

Cerita lain adalah cerita yang bukan milik saya, tapi tanpa sengaja saya ketahui ketika saya memarkir motor di Mall kawasan stadion Gajayana Malang.

Ketika hendak memarkir, saya melihat sepasang sejoli yang celingukan di area parkir tersebut seperti sedang mencari-cari sesuatu. Petugas parkir pun mendatanginya. Entah apa pembicaraan mereka (jarak dengan saya tidak memungkinkan untuk menguping, hehe). Tahu-tahu petugas parkir menyerahkan something. dan o ow itu adalah sebuah kunci motor. Lalu terlihat salah satu dari sejoli itu menyerahkan uang (sepertinya diminta karena sempat terdengar kata 'ribu' yang lebih dulu meluncur dari petugas parkir). Kali ini sama dengan kasus pertama saya tadi, petugas parkir merupakan pegawai outsourching dari perusahaan penyedia jasa perparkiran.

Nah.., mari kita berpikir...!
Tanya kenapa...?? (gn)

18.1.10

Obral Luka



Sebegitu mahalnyakah harga tawa itu untuknya? 
Sampai-sampai ia lupa bagaimana rasanya tertawa. Sebegitu murahnyakah tangis itu diperuntukkan baginya?  
Hingga tanpa sungkan-sungkan sedih hinggap slalu padanya.  

Entah, kapan ada obral tawa. 
Mengapa mall hingga pasar tradisional hanya mengobral luka. 

Mungkin, 
karena menyakiti sedang menjadi tren. 
Atau kalau tidak, 
memang sedang ada undian berhadiah bagi yang paling banyak mengumpulkan linangan air mata. 

Ah, entahlah. 
Yang pasti, 
mungkin memang sudah merosot pribadi welas asih 
dalam hati nurani manusia (gn).

12.1.10

Nasgor TL

Nasi bungkus, lagi-lagi nasi bungkus. Dan kali ini pilihannya adalah nasi goreng TL.


Harga 1 porsi Rp 6000.
(by gn)

7.1.10

Kesempatan

Gambar dipinjam dari sini
Rei.., jadi kan?

Sebuah pesan singkat masuk ke handphone gue.

Jadi lah. Sejam lagi di kafe biasa ya...!

Gue membalas sms Sita sambil melipat baju setrikaan.

..............................................

"Hmm gila ya bok, anak muda jaman sekarang. Nikah belum, kawin udah," Sita menggosip tentang Andien yang kemarin baru saja melangsungkan pernikahan dengan Doni.

"Kasian ya Thomas," Sita masih asyik nyerocos.

"Ya emang enggak jodoh kali," respon gue datar dan cuek. Haha, iya gue malah seneng kalau Andien enggak jadi sama Thomas. Berarti masih ada kesempatan buat gue, secara gue naksir Thomas mulai awal masuk kuliah dulu. Tapi apa mau dikata, baru juga berani pedekate pas semester enam, eh keburu disambar tuh ama cewek sok keren (yang yah emang keren dan populer si, *sirik) yang namanya Andien. Gini-gini gue punya sopan santun. Kalau emang sudah ada yang punya, walau janur kuning belum melengkung, ya gue mundur teratur. Tapi enggak munak, emang rasa itu masih ada. Walau sudah berlalu 2 tahun sejak Thomas resmi jadian sama si Andien.

"Ngaku.., lo seneng kan??" Sita mulai menggoda.

"Ah, biasa aja," gue sok cool.
"Oya, emang gimana cerita tuh cewek malah nikah sama Doni? Bukannya Andien sama Thomas sudah tunangan setengah tahunan lalu?" gue yang penasaran abis jadi mulai lupa sok coll-nya gue.

"Nah.., tuh kan? Ngaku lo seneng kan?"

Ups gue baru sadar, gue lupa untuk jaga image. Gue pilih senyum simpul buat ngejawab pertanyaan menjebak Sita. Sita tampak tersenyum-senyum geli, lalu menyenggol-nyenggolkan lengannya pada lengan gue. Melirik mata gue sebentar lalu berucap, "cie.......,".

Gue yang malu abis, jadi gagal mempertahankan ke-jaim-an yang gue perjuangkan.

"Ih gimana kok?" paksa gue lalu refleks mencubit pinggang sahabat kental gue itu. Gemes bener gue dah. Plus penasaran abis lebih tepatnya.

"Jadi ceritanya si Andien itu bikin affair terselubung, cie bahasa gue, affair,*hahaha," Sita tertawa-tawa, gue antusias mendengarkan.

"Dia tuh ya cin.., selingkuh di belakang Thomas. Kasian ya? Padahal lo tahu sendiri Thomas itu cinta gila sama Andien. Isu yang beredar si, Andien itu selingkuhnya baru-baru aja. Cuma masalahnya selingkuhnya itu sukses bikin manusia baru di perutnya. Gila nggak lo?" Sita berkobar-kobar seperti mau memimpin medan perang, rada lebay sedikit.

Sejam berlalu, 2 cangkir kopi yang kami pesan bersih tanpa sisa. 4 porsi waffel yang gue pesan juga gue lahap sendiri sembari mendengarkan pidato berkobar Sita.

Welll, gue seneng. Yah, gue seneng karena selain perut gue kenyang, si Thomas resmi ngejomblo. Berarti ada kesempatan buat gue. Dan Andien? Ke laot aja looo..!! Gue girang minta ampun dalam hati. Dan gue lihat Sita masih asyik nyerocos dengan berita dari si Randi, Keyla, dan entah sapa lagi. Gue asyik ngelamun sendiri tentang rencana gue sambil pura-pura antusias ama cerita-cerita Sita. (gn)