28.3.11

18.3.11

Hari Ini, Esok dan Seterusnya

Menikmati, 
apa yang bisa direngkuh saat ini. 

Menjalani, tapak demi tapak yang sanggup dilewati. 

Hari ini.... tak mau, 
tak mau berkhayal lebih atas kuasa esok. 

Besok adalah cerita lain, 
namun hari ini adalah yang akan terkenang kemudian hari. 

Selama kebersamaan masih bisa dijalani. 
Selama nikmat perhatian masih mampu diresapi. 
Sungguh syukur atas hari ini. 

Dan esok.... kuharap masih ada seperti saat ini. 
Begitu seterusnya, 
hingga maut menjadi jawaban berakhirnya hari. (gn)

HELA

Dan waktu pun terus berjalan. 
Membuatku terseok-seok melewati celah sempit juga gelap itu. 

Sialan, 
bandit-bandit brengsek masih juga mengejarku. 

Tulikah mereka bahwa aku sedang menggandeng citaku? 

DOR...! 
Mati kau bandit! 

Dan kau? 
Kabarkan pada lainnya, 
aku masih menunggu bubuk mesiu dihiaskan di kukuku. (gn)

16.3.11

Sawut dan Ketan Item

Nah ini penganan tradisional banget nih..! Lagi jalan-jalan di sebuah area pasar malam, eh nemu jajanan ini.


Harga: Rp 1500. (gn)

Baby Wanted

Gambar dipinjam dari sini
Ketakutan itu semakin mengkanker, tepat pada tahun ketiga pernikahan kami. Entah mendosa apa yang pernah kami lakukan sebelumnya, hingga keberadaan seorang janin belum juga mampu tumbuh di dalam rahimku. Padahal semua sudah sangat-sangat menunggu. Jangankan mereka, kami-lah yang sangat-sangat-sangat menunggu. Lebih menunggu dari mereka yang dengan gampang berucap itu, itu dan itu. Kami mendamba, sangat mendamba. Toh pasangan mana yang tidak berharap memiliki manusia mungil hasil pernikahan mereka? Jadi aku beritahu sekali lagi, kami sangat mendamba. Jadi tak perlulah kalian dengan gampang berucap itu, itu dan itu! Memangnya kami mesin yang kalau dioperasikan dengan gampang mampu mencetak hasil? Kami manusia tahuuuu...!!!


..................................................................

"Ma...," aku menghempaskan diriku di kursi empuk yang ada di depan kolam renang dan bergelanyut mesra pada bahu mama yang sedang asyik merajut.

"Hmm?" Mama hanya melirikku sebentar, melepaskan gandengan tanganku lalu menekuni rajutannya kembali.

"I ih mama...," aku menaruh kedua tanganku depan dada, menghela nafas, sedikit menunjukkan bahwa aku ngambek.

"Apa sihh," mama menengokku, lagi-lagi cuma sebentar lalu dua detik kemudian asyik dengan rajutannya kembali.

Aku menarik nafas pelan, lalu menyenderkan kepalaku pada bahu mama.

"Aku dan mas Bram uda periksa ma...," aku mulai curhat.

"Terusss?" mama masih saja asyik memainkan tangannya membuat simpul-simpul rajutan.

"Hasilnya sih.., sehat-sehat aja ma..!" aku berkata dengan memasang muka ditekuk cemberut, tapi mama tidak memperhatikanku. Aku mulai mengangkat kepalaku, tidak lagi bersandar di bahu mama. Berganti, aku menendang-nendang angin di depan kakiku, sambil masih duduk di samping mama, berusaha mencari perhatian mama.

Lima menit, sepuluh menit, aku masih menunggu reaksi mama. Hingga 20 menit pun berlalu, kulihat mama sudah hampir menyelesaikan lengan sweater rajutannya.

Aku berdiri dari duduk, bergegas meninggalkan mama mertua yang sama sekali tidak menggubrisku. Kini, 2 langkah lagi aku akan masuk ke pintu rumah hingga aku dengar sebuah suara, "Rosss....," aku menoleh. Ya itu suara mama.

"Pokoknya lebaran ini sudah harus ada cucuku di perut kamu. Kalau tidak...," mama menghentikan suaranya.

Aku melangkah masuk, tak menunggu ucapan mama selanjutnya. Bukan tak penasaran, tapi karena aku sudah tahu lanjutannya. Ya, mama sudah berkali-kali mengatakannya. Aku pun sudah berkali-kali mengungkapkan isi hatiku. Namun rasanya, percuma mengharap pengertian lebih dari mama.

..................................................................

Mas Bram berusaha menenangkan aku yang sedang menangis tersedu-sedu di atas ranjang. Keadaan ini memang sulit bagi kami berdua. Bulan depan sudah masuk awal puasa. Dan tadi, ketika sedang makan malam mama kembali mensomasi dan menteror keinginannya untuk mendapat cucu dari putra satu-satunya. Kali ini lebih pedas, lebih menyakitkan dan jujur aku sangat sakit, hatiku teramat sakit.

Aku akhirnya tertidur di atas pangkuan mas Bram, entahlah sepertinya sudah 2 jam-an aku menangis. Sedari aku menangis, mas Bam berusaha (lagi, lagi, dan lagi) meyakinkanku bahwa ia tak akan menuruti keinginan gila mamanya yang akan menjodohkan dengan wanita yang diminta mamanya untuk jadi istri kedua. (gn)

4.3.11

Bepe Memang Idola Terbaik Saya


Barusan saya menyempatkan diri untuk baca-baca postingan milik Bambang Pamungkas di website pribadinya, http://bambangpamungkas20.com.

Bambang Pamungkas

Gila, ni orang sudah t-o-p-b-g-t, punya jiwa kepemimpinan dan berhati besar pula. Makin gila-lah saya pada sosok satu ini.


Berikut ini salah satu tulisan Bepe yang baru saja saya baca dan membuat saya tersentuh akan pengabdiannya untuk TIMNAS INDONESIA.

"Saya, Alfred Riedl dan Piala AFF 2010"

Penulis: bepe, 16 August 2011
Suatu pagi, setelah latihan rutin bersama Timnas menjelang AFF bergulir, pelatih kepala tim nasional Indonesia  Alfred Riedl tiba-tiba memanggil saya. Di tengah lapangan, di bawah terik mentari dan dalam keadaan bercucuran keringat, kami melakukan sebuah pembicaraan. Iya, sebuah pembicaraan yg boleh di katakan cukup serius atau bahkan teramat sangat serius...
Dalam pembicaraan ini, saya dan Alfred membuat sebuah kesepakatan. Sebuah kesepakatan yg jujur akan menjadi sesuatu yg sangat berat bagi saya. Akan tetapi kesepakatan tersebut, terjadi atas dasar sebuah profesionalisme. Atas dasar jiwa profesional Alfred sebagai pelatih dan juga jiwa profesionalisme saya sebagai pemain, yg tentunya harus kami berdua hargai dan junjung dengan sangat tinggi..
Di bawah ini akan saya lampirkan isi dari percakapan kami saat itu, sebuah percakapan yg mungkin tidak dapat saya ingat secara detail, akan tetapi secara garis besar  tentu saya sangat pahami dan mengerti betul..
Ini adalah gambaran dari percakapan kami saat itu:
Alfred : Bambang, selama 3 bulan kita bekerja sama. Tentu kamu sudah sangat mengenal karakter saya, begitu juga sebaliknya. Saya adalah pelatih yg jujur, berbicara terbuka dan langsung. Saya bukan tipe pelatih yg suka berbicara di belakang.. 
Saya   : Iya coach, saya tau betul akan hal tersebut..
Alfred : Ok bagus kalo begitu. Hari ini, saya harus mengatakan dengan jujur  jika kamu tidak berhasil menjadi bagian dari 11 pemain inti di Piala AFF nanti..
Mendengar kalimat tersebut seketika lidah saya menjadi kelu, rahang saya serasa kaku dan membeku saat itu. Jelas ini bukanlah kabar yg mudah untuk didengar dan diterima. Beberapa saat kemudian hanya sebuah kata keluar dari mulut saya "Ok". Dan kemudian Riedl pun kembali berkata:
Alfred : Bambang, kamu adalah pemain paling senior di tim ini, kamu sudah berada di tim ini sejak tahun 1999. Saya tau keputusan ini akan sangat berat buat kamu. Akan tetapi saya harus fair dalam membuat setiap penilaian..
Saya  : Iya coach saya tau itu..
Alfred : Asal kamu tau Bambang, jika saya masih membutuhkan kamu. Sampai kapanpun, kamu akan tetap menjadi kapten dan pemimpin dari tim ini. Tidak ada yg perlu di ragukan mengenai hal tersebut. Akan tetapi saya tidak dapat berjanji, apakah kamu akan turun dalam setiap pertandingan di Piala Aff nanti.. 
Saya   : Sebagai pemain, saya akan selalu menghargai dan menghormati keputusan anda sebagai pelatih, apapun itu. Walaupun sejujurnya hal tersebut tidak akan mudah bagi saya..
Alfred : Jadi, kamu dapat menerima keputusan saya..??
Saya  : Bisa coach, tidak ada masalah dengan hal tersebut. Anda mungkin baru mengenal saya selama 3 bulan di tim nasional. Akan tetapi asal anda tahu, bahwa komitmen saya untuk tim nasional akan selalu 100%. Dan saya harap anda tidak meragukannya..
Alfred : Satu hal yg kamu harus tau Bambang, jika semua orang dalam tim ini adalah manusia-manusia yg bebas. Setiap orang boleh pergi jika merasa tidak puas atau tidak nyaman, dan itu juga berlaku buat kamu dan juga saya. Jadi jika kamu merasa tidak puas dengan keadaan ini, kamu berhak untuk meninggalkan tim ini, dan saya akan sangat menghormati keputusan kamu tersebut. Bagaimana..??
Saya  : Tidak coach...!!! Apapun konsekuensinya, saya akan tetap berada di sini. Kecuali jika anda meminta saya untuk meninggalkan tim ini, maka saya akan segera mengemas barang-barang saya dan pulang menemui keluarga saya..
Alfred : Mungkin kamu juga akan mengalami banyak masalah dengan wartawan yg mungkin akan coba untuk memancing perdebatan antar kamu dan saya. Karena sebagai pemain senior, kamu hanya menjadi cadangan. Apakah kamu siap dengan hal tersebut..??
Saya  : Tidak ada masalah dengan hal tersebut coach, lagipula sudah sejak lama hubungan saya dengan wartawan memang tidak berjalan dengan baik. Anda tidak perlu khawatir dengan hal tersebut, saya sudah terbiasa dalam menghadapi hal-hal tersebut..
Alfred : Ok kalau begitu. Apakah kamu juga bersedia untuk membantu saya untuk mengatur, menjaga serta memimpin tim ini sebagai kapten, walaupun mungkin kamu tidak akan bermain sebagai pemain utama..??
Saya   : Saya akan selalu berusaha memberikan hal terbaik yg saya mampu untuk anda, untuk tim nasional dan untuk negara saya coach. Dapat saya pastikan itu..
Alfred : Terima kasih Bambang, saya tau kamu adalah pemain besar yg juga berjiwa besar.. (Dan kamipun bersalaman)
Seketika hati saya bergemuruh, suhu badan saya memanas, keringatpun semakin membasahi sekujur tubuh saya yg memang sudah basah kuyup dengan keringat selama latihan tadi. Kekecewaan sayapun membuncah. Sebuah kekecewaan yg sama sekali tidak berhubungan dengan seorang  pelatih berkebangsaan Austria bernama Alfred Riedl tersebut..
Setiap pemain pasti ingin bermain secara reguler, dan ketika seorang pemain gagal menjadi bagian dari 11 pemain utama, maka sangat wajar jika orang tersebut kecewa (Tentu kecewa dalam arti yg positif). Kekecewaaan saya, lebih tertuju kepada diri saya sendiri. Iya, saya kecewa terhadap diri saya yg tidak mampu mengeluarkan permainan terbaik saya, sehingga harus kalah bersaing dengan striker-striker yg lain. Jadi sama sekali tidak berhubungan dengan kepemimpinan Riedl sebagai pelatih, sekali lagi tidak ada..
Dalam perkembangannya, Riedl juga menjelaskan kepada saya. Jika dia telah menyiapkan saya sebagai pelapis bagi Christian Gonzales. Dia juga mengatakan, jika dia tidak akan pernah berpikir untuk memasang saya secara bersamaan dengan Gonzales di lini depan timnas Indonesia..
Menurut Riedl, tipe bermain saya dan Gonzales adalah sama. Tentu secara strategi akan sangat merugikan jika memasang pemain dengan tipe yg sama dalam satu lapangan, dan untuk hal tersebut saya sendiri sangat setuju. Sehingga, jika nantinya saya bermain, maka saya akan berpasangan dengan Irfan Bachdim atau Yongki Ariwibowo. Serta satu hal lagi yg Riedl tegaskan kepada saya adalah, bahwa dia hanya akan memasangkan saya dengan Gonzales pada saat-saat yg memang sangat-sangat genting..
Maka selama AFF di gelar, sayapun melakukan apa yg menjadi tugas saya di dalam tim ini. Memimpin tim ini baik di dalam maupun di luar lapangan, saya hanya tidak memimpin mereka ketika pertandingan resmi di gelar, karena hal tersebut menjadi kewenangan Firman Utina. Kedisiplinan semua pemain dalam apapun kesempatannya adalah menjadi tanggung jawab saya...
Saat terjadi hal-hal yg tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan tim, maka orang pertama yg harus berhadapan dengan Riedl adalah saya. Suatu contoh, ketika Okto Maniani sempat terlambat makan siang karena ketiduran, Riedl sempat menegur dengan keras Okto dengan berkata demikian, "Okto, jika kamu mau tidur, set alarm kamu agar tidak terlambat. Dan jika kamu masih ragu jika tidak terbangun, kamu bisa tlp kapten (Saya) untuk meminta bantuan agar di bangunkan saat makan siang. Kesalahan-kesalahan mendasar seperti ini jelas tidak dapat saya terima Okto"..
Jadi walaupun status saya hanya sebagai pemain cadangan di tim ini, akan tetapi segala sesuatu yg berhubungan dengan tim ini di luar partai resmi adalah menjadi tanggung jawab saya. Sedangkan di dalam lapangan saat bertanding maka Firman Utina adalah pemimpin tim ini. Dan karena kebetulan kami satu kamar, maka semuanya dapat kami diskusikan dengan cepat. Kami banyak berdiskusi mengenai keadaan tim, utamanya sesaat menjelang tidur malam..
Maka jika anda sekalian cermati, ada sebuah kejadian janggal yg terjadi selama gelaran AFF kemarin. Yaitu setiap tim nasional memasuki lapangan untuk melakukan pemanasan, bukan Firman Utina yg memimpin di depan, melainkan saya. Hal tersebut tentu tidak wajar, mengingat saya hanya pemain cadangan. Akan tetapi karena itu adalah perintah dari Riedl secara langsung, maka sayapun akan melakukannya, walaupun sejujurnya ada sedikit perasaan risih yg mengganjal..
Beberapa kali Alfred sempat memuji saya di depan para pemain di saat meeting. Dia memuji perilaku saya yg mencerminkan seorang profesional, dan dapat menerima segala keputusan pelatih walaupun berat. Serta tetap mampu menjaga komitmen kepada tim nasional, dangan tanpa melakukan hal-hal negatif di dalam tim..
Saya ingat betul ketika sehari setelah melawan Thailand. Sesaat sebelum berlatih, di dalam ruang ganti lapangan ABC  Alfred sempat berujar di depan seluruh anggota tim seperti ini. 
"Saya ingin berterima kasih kepada Bambang, karena telah banyak membantu saya dalam menjaga tim ini, dan juga untuk kontribusinya yg besar pada pertandingan kemarin (Vs Thailand). Saya tahu sekarang bukan saat yg mudah buat dia, akan tetapi dia mempunyai karakter yg kuat dan berjiwa besar, sehingga mampu mengawal dirinya dengan baik. Bagi kalian pemain yg muda, kalian harus liat Bambang, sebagai pemain yg sudah lama di tim ini. Dia tidak pernah mengeluh apakah akan saya mainkan atau tidak, dan hanya fokus melakukan tugas nya ketika saya butuhkan. Itu adalah jiwa profesional, sekali lagi terima kasih Bambang"
Di akhir ucapan Riedl seluruh pemain bertepuk tangan untuk saya, sayapun mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Riedl dan seluruh pemain.
Satu kejadian lagi, yaitu saat melawan Philiphine di leg kedua, saat itu seharusnya saya tidak turun bermain. Pada babak ke dua, Afred menyuruh semua pemain cadangan melakukan pemanasan kecual saya dan Yesayas Desnam. Itu artinya, pada pertandingan itu saya tidak akan bermain..
Akan tetapi tiba-tiba 10 menit sebelum pertandingan selesai, Riedl memanggil saya dan memerintahkan saya untuk melakukan pemanasan. Maka sayapun bergegas melakukannya. Tidak saya sangka ternyata Riedl lebih memilih memasukkan saya untuk menggantikan Gonzales, daripada Irfan yg sudah melakukan pemanasan sejak 30 menit yg lalu. Saat itu pertandingan tersisa 2 menit saja, dan akirnya sayapun bermain selama kurang lebih 1 menit 15 detik dengan tanpa menyentuh bola sekalipun sampai pertandingan selesai hehehe...
Sesaat setelah pertandingan selesai, Riedl kembali memanggil saya dan berkata demikian :
Bambang (_._._) (_._._) (_._._._._) (_._._._._._), (_._) (_) (_._._._) (_._._._._._) (_._) (_._._._) (_._._._) and (_._._) (_._._._) (_._._._._._) (_._) the league. (_._._) will be (_._._._) (_._._._) (_._)...
Sebuah kalimat, yg sejujurnya semakin memotifasi diri saya untuk terus berjuang bersama tim nas Indonesia di masa-masa yg akan datang..
Lebih daripada itu semua, bukankah sudah seharusnya setiap pemain berlaku demikian. Menghormati apapun keputusan staff pelatih, walaupun sejujurnya mungkin sangat pahit bagi kita. Saya rasa setiap pemain juga tidak berhak untuk berbuat sesuatu hal negatif, yg dapat mempengaruhi suasana tim kearah tidak kondusif. Karena dengan begitu, maka kita telah menghargai dan menghormati seluruh komponen dalam tim itu sendiri...
Dan bagi saya pribadi, sejujurnya saya ingin memberikan contoh yg baik bagi generasi di bawah saya, bahwasanya berjuang atas nama negara itu membutuhkan pengorbanan besar, yg salah satu diantaranya adalah mengorbankan perasaan kita. Akan selalu tidak mudah menjadi pemain pelapis dalam sebuah tim, akan tetapi sekali lagi kepentingan tim jauh lebih penting daripada hanya sekedar perasaan kita sebagai sebuah individu...
Lagipula menjadi bagian dari 22 orang yg terpilih dari jutaan pesepakbola Indonesia yg di percaya untuk membawa nama Bangsa dan Negara, sudahlah menjadi sebuah kebanggan yg tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Maka dari itu mengapa kita harus malu menjadi pemain cadangan di tim nasional, saya rasa tidak ada alasan untuk melakukan hal tersebut..
Selesai...