23.3.09

Nasib Dokar Kian Terpinggirkan

BATU- Keberadaan kusir dokar di Kota Batu nyaris punah. Saat ini hanya terdapat 21 kusir yang bertahan. Sedangkan ratusan yang lainnya beralih profesi lain. Itu karena pekerjaan tersebut sangat tidak menjanjikan, sehingga penghasilan kusir berkurang. Selain itu, masyarakat lebih memilih mikrolet daripada dokar.

Wi-Fi, Candu Gratis Tanpa Bayar

Bak sebuah virus yang mudah menyebar, Wi-Fi (Wireless Fidelity), menjadi fasilitas yang menjadi gaya hidup baru bagi banyak pengguna teknologi informasi. Tidak ketinggalan di Universitas Brawijaya (Unibraw).
Sebutan untuk standar jaringan tanpa kabel dengan menggunakan frekuensi radio ini, ditangkap oleh pihak kampus sebagai suatu peluang yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di intern Unibraw.

“Unibraw Menuju Otonomi Kampus, Jangan Sekedar Konsep”

Dengan pendidikan diharapkan lahir sumber daya manusia yang pintar merasa bukan merasa pintar

6.3.09

Choice

Gambar dipinjam dari sini
"Harus, harus senyum, harus bisa bangkit," Bintang galau dalam batinnya. Bibirnya meracau sendiri sedari ia bangun tidur.

"Harus, tak boleh menangis lagi, harus bisa," Bintang masih bicara sendiri dengan hatinya. Berusaha mempengaruhi otaknya agar sinkron pada sugesti yang tengah hatinya suarakan. Tapi...,

"Ahh...," Bintang berteriak jemu lalu menendang kaleng cocacola di hadapannya.

"Bodooook.......," tiba-tiba ia berteriak lantang lalu pergi meninggalkan keramaian diskotik, mengagetkan orang-orang yang sedang berpesta malam itu.

************

"Gimana perjalanan kamu Bin?" tanya Lian sesaat ketika berhasil menemukan cewek tomboy itu diantara hiruk pikuk bandara Ngurah Rai, Bali.

Bintang hanya merengut lalu lima detik kemudian tersenyum dan menjawab cuek, "Yaaa...., gini dehhh. Hahaha..., cap cusss Li, aku sudah tak sabar untuk ngliat pantai," jawab Bintang lalu merangkul mesra sahabat semasa SMA-nya tersebut.

Lian ganti merengut. "Uh kamu itu ya..., ditanyain kabar malah gak tahu terimakasih gitu. Uda baik aku mau jadi penyandang dana selama kamu di sini," kata Lian sambil mencubit bokong Bintang.

Mereka berangkulan lalu tertawa-tawa sambil meninggalkan Bandara Ngurah Rai, Bali.

************

"Baliiiii......," Bintang berteriak begitu sesampainya di bibir pantai Sanur. Lian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan kenorakan sahabatnya itu.

Dari tempat parkir mobil, dilihatnya Bintang bergerak ke arah pinggir pantai. Bintang tampak berusaha menyesapi udara laut dan semilir angin pantai Sanur. Kakinya dimain-mainkan menyentuh riak-riak kecil gelombang laut di pinggir pantai.

"Hati-hati Bin..., awas ombak!" Lian berteriak mengingatkan Bintang sambil menutup pintu mobil. Dari jauh tampak Bintang melambai-lambaikan tangan seolah bilang agar Lian tak usah mengkhawatirkannya.

Dua jam kemudian, Lian dan Bintang sudah asyik menyeruput es kelapa muda di salah satu warung tenda. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan liburan berdua mereka.

"Gimana Bin? Sedikit plongg??" tiba-tiba Lian berujar.

"Lumayannn, hahahaha," jawab Bintang sambil asyik menyeruput es kelapa mudanya dan memainkan sedotan.

"Kalau masih ingin lama di sini.., gak pa pa.., di sini aja dulu. Gak usah buru-buru balik ke Jakarta. Ya?"

Bintang hanya mengangguk. Tersenyum.

************

Suasana kantor sedang panas. Pak Bos, Gunawan Hendrajaya, berkacak pinggang sambil memelototi seisi ruang rapat pagi itu. Semua tertunduk, diam. Bintang juga.

"Siapa? Jawab! Siapa yang kemarin menjadi surveyor untuk nasabah gold kita? Siapa?," tanya Pak Gunawan dengan suara keras.

Takut, takut, Bintang mengacungkan jari telunjuk ke atas. Sambil terbata Bintang menjawab, "Sa sa sa... saya Pak."

Pak Gunawan semakin memelototkan matanya. Seperti raksasa yang siap menerkam.

"Kamu?" teriaknya sambil menunjuk muka Bintang dengan wajah kesal.

Sesaat suasana ruang rapat hening. Semua menunduk. Termasuk Bintang. Dalam batin, banyak yang ingin Bintang utarakan. Tentang kejadian kemarin, tentang pembelaannya dan tentang semuanya yang terjadi. Tapi ia hanya bisa diam. Karena ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan. Kehendak dan suara nasabah Gold bank tempat ia bekerja adalah yang mutlak dan utama bagi pimpinan bank. Pelayanan nomor satu wajib diberikan. Apapun. Bahkan sudah rahasia umum yang jadi kasak-kusuk di kantor bahwa Pak Hutama, nasabah gold kami yang juga komisaris direksi di salah satu perusahaan BUMN, adalah nasabah dengan pelayanan eksklusif account-account officer cantik di banyak bank termasuk di sini

Kemarin adalah tugas pertama Bintang untuk melakukan kunjungan nasabah. Selama ini ia hanya bertugas di dalam kantor untuk menerima klaim dan setoran nasabah-nasabah tingkat middle. Perasaan Bintang sesungguhnya sudah tak enak sejak manajer kreditnya memberikan tugas tersebut. Bukan karena enggan melakukan kewajiban kantor, tapi karena ia takut kasak-kusuk yang selama ini didengarnya akan menjadi bumerang bagi dirinya. Ia sempat mencoba meminta agar tugas tersebut dialihkan pada Tiwi, account officer yang selama ini memang menangani Pak Hutama. Tapi manajer kredit bilang, Pak Hutamalah yang meminta agar Bintang menjadi account officer pribadinya mulai sekarang. Bintang hanya bisa tertunduk.

Siang itu, dengan langkah sedikit ragu ia memantapkan batinnya untuk memasuki apartemen di kawasan Sudirman itu. Lantai 12. Dipencetnya penanda huruf 12 pada dinding lift. Lift bergerak pelan namun pasti menuju ke lantai 12.

Bintang memantapkan lagi hatinya ketika pintu lift terbuka. Ia berjalan, dan terus bergumam. "Aku harus bisa. Harus!" tegasnya dalam hati. Dan sampailah ia di muka pintu apartemen nomor 303. Dipencetnya bel pintu. Ditunggunya sesaat hingga pintu terbuka dan tampak pria usia 50 an di sana. Pak Hutama.

"Masuk," ujar Pak Hutama.

Bintang tersenyum dan mulai melangkahkan kaki memasuki ruang tamu kamar apartemen Pak Hutama.

************

Bintang berlari. Berlari meninggalkan apartemen di bilangan Sudirman itu. Berlari tanpa menoleh sedikitpun.

Kabur. Ya, masa bodoh dengan nasabah gold. Masa bodoh. Gak ada hubungannya pekerjaannya dengan pelayanan eksklusif yang apalah itu, serba merugikan dirinya. Gak ada hubungannya dengan profesionalitas.

Masa bodoh dengan fee dari kantor ataupun fee dari nasabah.
Masa bodoh.

Bintang menangis dan terus bergumam dalam hati. Ia tahu ia harus bangkit dan menghadapi hari pentingnya besok di kantor.

************

"Binn....," Lian menyenggol tangan Bintang.

"Eh eh.., iya?" Bintang terbangun dari lamunannya.

"Kamu itu..., tuhhh es kelapa mudanya kan sudah habis cinnn..., masih disedot-sedot juga, heran!" Lian tertawa.

Bintang gelagapan dan melihat bahwa memang es kelapa mudanya sudah habis tak tersisa. Ia tersenyum dan menggelitiki sahabatnya. Lian yang risih berusaha duduk menjauh namun Bintang tetap saja mendekat dan terus menggodanya.

Dua gadis ini tertawa-tawa. Lepas dan sesaat bahagia.

************

Matahari di pantai Sanur sudah hampir tenggelam. Lian dan Bintang bergegas pergi meninggalkan keindahan pantai Sanur.

"Aku siap jadi job seeker lagi Li," ujar Bintang.

Lian tertawa dan berkata, "Yakin loo?? Yakin?? Hmm bagaimana kalau di Bali?"

Mereka terkeukeuh, masuk mobil dan meninggalkan riuh malam yang segera bersiap di Pantai Sanur, Bali. (gn)

*BANK ADALAH PERUSAHAAN JASA KEUANGAN. BUKAN KEUANGAN DENGAN BONUS MENJAJAKAN BADAN.