29.2.12

29

NOW!

Gambar dipinjam dari sini

29 FEBRUARI 2012
(kabisat)

Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk menghirup nafas di tanggal yang hadir hanya sekali dalam 4 tahun. (gn)

19.2.12

Adik Bungsu - Memang Wajah Indonesia

Gambar dipinjam dari sini

Saya adalah salah satu penggemar film televisi (ftv) yang ditayangkan oleh SCTV, yang bertajuk Sinema Wajah Indonesia. Dan baru saja saya relakan waktu tengah malam saya untuk menonton sajian Sinema Wajah Indonesia malam ini yang berjudul Adik Bungsu.

Dalam ftv ini diceritakan kisah tentang Nirwan, seorang pegawai honorer yang bercita-cita ingin menjadi pegawai negeri. Anak bungsu dari 4 bersaudara ini pun sudah beberapa kali mengikuti tes ujian penyaringan pegawai negeri sipil namun belum mendapat kesempatan untuk lulus. Bertemulah ia dengan seorang calo bernama Hartawan, famili dari mantan camat tempat ia tinggal. 

Dari Hartawan, ia mendapat banyak informasi betapa peliknya jalan menjadi seorang pegawai negeri sipil. Bahkan pintar saja tidak cukup. Hartawan bahkan menunjukkan bahwa separuh pegawai negeri sipil yang ada di kantor Nirwan tak akan bisa menyandang status yang mereka miliki sekarang tanpa bantuan dirinya.

Nirwan yang sudah kepalang tanggung dan ingin untuk mampu mewujudkan harapan ibunya agar dirinya menjadi pegawai negeri sipil seperti ayahnya pun terbujuk untuk mengikuti saran dari Hartawan untuk membayar sejumlah uang guna memperlancar jalan.

Disampaikanlah biaya yang harus ia keluarkan tersebut pada ibunya. 50 juta. Ibunya yang lugu dan polos pun bertanya dan Nirwan menyampaikan perihal bahwa sekarang biaya untuk tes masuk pegawai negeri sipil naik dan begitulah biaya yang harus dikeluarkan. Nirwan pun meminta pada ibunya untuk menyiapkan uang sejumlah demikian.

Ibu Nirwan yang memang sangat berkeinginan agar putranya tersebut mampu mengikuti jejak ayahnya akhirnya mencoba untuk menghubungi kakak Nirwan yang pertama untuk membantu adiknya agar dapat mengikuti tes pegawai negeri yang akan segera diadakan. Dihubungilah kakak Nirwan tersebut melalui telepon.

Kakak Nirwan yang pertama (perempuan) adalah anak yang paling shuttle perekonomiannya. Dia dan suaminyalah bahkan yang selama ini mengkuliahkan Nirwan dan membelikan Nirwan motor. Singkat cerita setelah berdiskusi dengan suaminya, intinya ia dan suami merasa keberatan bila harus menanggung biaya 50 juta itu sendirian, lagian selama ini merekalah yang selalu menjadi jujugan masalah keuangan. Kakak pertama Nirwan tersebut akhirnya menghubungi 2 adiknya lagi (kakak Nirwan yang kedua dan ketiga) agat turut berswadaya mengumpulkan 50 juta tersebut.

Kakak Nirwan yang kedua (laki-laki) adalah pengusaha kecil penyewaan alat-alat pesta. Istrinya merasa keberatan ketika kakak pertama Nirwan meminta untuk menyumbang 10 juta. Alasannya keperluan anak-anak mereka pun juga penting untuk diprioritaskan.

Kakak ketiga Nirwan (perempuan) memiliki usaha rental internet dengan suaminya yang berasal dari Madura. Suaminya ini termasuk orang yang agamis, sehingga ia menolak menyumbang 10 juta dengan alasan karena menyogok itu dosa. Uang yang mereka miliki pun hendak dipergunakan melunasi pembangunan warnet. Mereka sendiri juga mengeluh karena termasuk keluarga dengan perekonomian pas-pasan.

Mengetahui hal ini, marahlah kakak pertama Nirwan. Ia meminta adik-adiknya untuk berkumpul di rumahnya guna rapat keluarga.  Ketika mereka bertiga sedang rapat di ruang makan kediaman kakak pertama Nirwan, Nirwan menunggu di ruang depan. Ketiga kakak Nirwan berdebat tiada henti. Kakak pertama Nirwan mengingatkan dua adiknya bahwa ini adalah harapan mama dan jangan sampai mengecewakan mama, apalagi mama sangat mendambakan Nirwan yang memang anak kesayangannya agar dapat mewujudkan harapannya sebagai pegawai negeri sipil. Ia juga mengingatkan bahwa agar kedua adiknya ini sekali-kali juga turut tangan membantu perekonomian mama dan Nirwan, jangan hanya dirinya. Masak diminta masing-masing 10 juta saja susah padahal dia yang jumlah nominalnya lebih banyak 30 juta. Kakak kedua Nirwan mengungkapkan bahwa anak-anaknya juga membutuhkan uang pendidikan, jadi tabungan yang dimilikinya adalah sangat penting. Sedangkan kakak ketiga Nirwan beralasan uang tersebut untuk modal warnet dan menyampaikan pesan suaminya bahwa menyogok itu dosa. 

Perdebatan seru, bahkan akhirnya merembet pada kecemburuan kakak kedua dan kakak ketiga Nirwan yang mana kakak pertamanya selalu saja mau dan bingung untuk membantu Nirwan tetapi ketika dimitai bantuan oleh mereka berdua tak pernah bersedia. Nirwan yang ada di ruang depan mulai merasa jengkel dan panas, lalu berpamitan dan pulang.

Sesampai di rumah, ibu Nirwan menanyakan terkait hasil rapat kakak-kakak Nirwan. Nirwan mengungkapkan 'gagal'. Bahkan Nirwan menyatakan pada ibunya bahwa biarlah nanti kalo ia tidak lulus tahun ini dalam tes, ia hendak mengikuti Zulfikar (sahabatnya yang kebetulan sedang pulang kampung) untuk menjadi ABK (Anak Buah Kapal) saja. Ibunya yang mendengar marah dan tidak setuju. Dia berkata agar bagaimanapun Nirwan harus lulus tes tahun ini.

Malam itu pun menjadi malam yang sangat menyengsarakan bagi ibu Nirwan. Ia tak bisa tidur tenang, bahkan menangis dalam tidurnya. Ia tak mampu membayangkan bagaimana bila anak kesayangannya itu menjadi pelaut yang pulang tak tentu dalam hitungan tahun dan berlayar menantang ombak. Dia mencoba menghubungi kakak-kakak Nirwan kembali, menceritakan keluh kesahnya.

IbuNirwan yang merasa bahwa ketiga kakak Nirwan tidak bisa membantu, akhirnya memutuskan untuk mengusahakan uang tersebut sendiri. Sedangkan kakak-kakak Nirwan usai mendapat telepon curhatan mamanya, menjadi gelisah tak tentu bahkan terkadang emosinya tak terkontrol. Mereka juga bingung bila mamanya sedih. Mereka pun juga tak mampu membayangkan bila Nirwan menjadi pelaut. 

Istri kakak kedua Nirwan yang melihat hal tersebut akhirnya menghiklaskan dana pendidikan untuk anak-anaknya dipergunakan lebih dulu untuk Nirwan. Kakak kedua Nirwan pun senang dan guna menutupi keuangan keluarga, ia menaikkan harga sewa peralatan pesta miliknya. Kakak ketiga Nirwan dan suaminya akhirnya juga mengikhlaskan uang modal usaha warnetnya untuk Nirwan. Ia pun juga menaikkan harga rental game internet dan komputernya. Kenaikan harga-harga ini pun memberikan cerita unik tersendiri, yang mana mendapatkan protes dari langganan-langganan mereka. Tapi apalah daya, berhubung sedang butuh uang banyak.

Tanpa diketahui oleh Nirwan dan kakak-kakaknya, ibu Nirwan hendak menjual tanah warisan almarhum suaminya pada Pak Haji yang memang sedari dulu tertarik untuk membeli tanah tersebut. Datanglah ia ke kediaman Pak Haji. Pak haji yang menyambut senang bertanya alasan Ibu Nirwan tiba-tiba berniat untuk menjual tanah. Ibu Nirwan pun menceritakan tentang biaya tes masuk pegawai negeri sipil yang semakin mahal, tahun ini 50 juta. Pak Haji yang heran pun bertanya, tahu dari siapa, padahal anaknya tahun kemarin masuk pegawai negeri sipil tetapi tidak sebegitu besarnya. Ibu Nirwan pun menceritakan tentang Hartawan, kenalan Nirwan. Pak Haji yang kaget, memberikan informasi bahwa Hartawan juga sempat mendekati anaknya, namun mereka menolak dengan alasan Hartawan adalah calo. Ibu Nirwan yang mendengar kata calo seketika berubah raut muka. Ia yang memang lugu dan polos, pamit pulang dan setibanya di rumah marah habis pada Nirwan dan meminta Nirwan untuk mengantarnya ke Jakarta, ke rumah kakak Nirwan saat itu juga.

Di kediaman kakak pertama Nirwan, kakak-kakak Nirwan beserta pasangan-pasangannya sudah menunggu. Begitu datang, ibu Nirwan marah. Ia marah karena tak ada satupun yang memberi tahunya bahwa  Hartawan adalah calo dan uang 50 juta tersebut adalah untuk menyogok.

Kakak-kakak Nirwan berpikir bahwa ibunya sudah mengetahui hal tersebut. Mereka hanya ingin membahagiakan dan mewujudkan harapan mamanya. Suami kakak ketiga Nirwan juga mengungkapkan bahwa ia sudah berusaha mengingatkan, namun suaranya tak didengar oleh kakak-kakak Nirwan.

"LEBIH BAIK MERELAKAN ANAK BUNGSU MENJADI ANAK BUAH KAPAL, DARI PADA MENCAMPURI ANTARA HAK DAN YANG BATIL (PNS tidak legal). Jangan mengambil hak orang lain," marah ibu Nirwan.

Akhir cerita, Nirwan akhirnya memutuskan menjadi anak buah kapal. Ia pergi bersama dengan Zulfikar, sahabatnya yang memang sudah terlebih dahulu menjadi ABK. Ibunya pun ikhlas melepas kepergian putra kesayangannya tersebut. Sedangkan Hartawan, sang calo? Ia sibuk menerima banyak pembayaran dari orang-orang yang ingin mempermudah jalan. Ada yang membayar kontan, ada yang bayar mobil, gadai tanah, dan sebagainya.

Nah, saya belajar banyak dari cerita film sederhana ini. Apalagi kadang dalam hidup kita seringkali ingin mempermudah diri, tak peduli apapun jalannya. Yah inilah wajah indonesia. Bahkan sudah rahasia umum yang diketahui bersama, bahwa calo pns beredar banyak dari yang model tipu-tipu sampai yang memang benar adanya dapat membantu 'mempermulus'. Melalui sinema ini, kita disentil  tentang fenomena sosial di masyarakat yang memang jamak terjadi dan saya yakin yang tersentil pun pasti mengulas senyum.

LEBIH BAIK MERELAKAN ANAK BUNGSU MENJADI ANAK BUAH KAPAL, DARI PADA MENCAMPURI ANTARA HAK DAN YANG BATIL (PNS tidak legal). Jangan mengambil hak orang lain. - Ibu Nirwan- 

Seberapa banyakkah dari kita yang mampu berucap demikian? (gn)

16.2.12

Dulu Saya Ngefans Sama Angelina Sondakh. Sekarang.....

Pernah menjadi putri Indonesia yang sukses membuat saya kagum selama jabatannya. Bahkan ketika proses pemilihan dan grand final Putri Indonesia 2001 pun saya sudah menjagokan wanita yang super punya aura dewasa, matang dan cerdas satu ini. Angelina Sondakh.

Ketika itu antusias saya belumlah seberapa, hanya sekadar kagum tanpa ingin mengenalnya lebih jauh. Hingga ketika itu, ketika saya sedang berada di Perpustakaan Kota tempat saya menimba bangku perkuliahan, tanpa sengaja saya membaca sebuah artikel majalah wanita, Chic, yang mengupas tentang blog populer milik perempuan. Saya yang saat itu (memang) sedang keranjingan blog tertarik untuk membuka blog  Angelina Sondakh  di sini. Cukup menarik dan membuat saya kagum atas aktifnya kegiatan menulis yang ia lakukan. Dari situlah saya mulai mengenal (lebih dekat)  Angelina Sondakh .

Ia sempat berhenti menulis, beralih ke twitternya di sini  dan aktif lagi menulis di blog barunya di sini. Well.., semua membuat saya kagum, karena menurut saya (dari tulisan, ide yang ditulis, dan sebagainya) ia hebat, cerdas, matang dan bijaksana. Bahkan ketika kaus suap wisma atlit mengular yang mana menyebut-nyebut nama beliau sebagai salah satu yang turut andil, saya teteup keukuh memberi dukungan dan tak percaya bahwa wanita tersebut seperti demikian. Termasuk ketika Linda Djalil  mengungkap sisi-sisi lain Angelina Sondakh yang cukup mencengangkan di blognya. Saya bahkan terus mensupport Angelina Sondakh melalui tulisan di blognya dengan memberikan komentar-komentar yang terus membangun. Saya beranggapan Angelina Sondakh  sedang mengalami tipu daya politik yang memang kerap kali dijadikan amunisi oleh lawan politik.

Angelina Sondakh tersangka kasus wisma atlit!
Tonton news dan videonya dengan mengklik di sini

Hingga hari ini, 15 Februari, dimana Angelina Sondakh menjadi saksi dalam persidangan Nazaruddin. BB (Black Berry). Yah, semua karena percakapan tentang BB dalam persidangan. Bagaimana pembahasan tentang BB tersebut antara majelis hakim, jaksa penuntut, pengacara Nazaruddin dan tentunya Angelina Sondakh sendiri sebagai saksi. Yaa.., saya penonton, memang hanya penonton di depan layar televisi. Tapi.., dari ucapan, jawaban, dan pernyataan Angelina Sondakh ketika itu cukup membuat saya sebagai penonton bingung dan terpikir memang ada 'something', 'ada sesuatu yang ditutupi', dan 'ada yang dia keep'. Apalagi dia keukeuh membantah kepemilikan BB sebelum akhir 2010.

Angie bantah BBM-an dengan Rosa
Tonton news dan videonya dengan mengklik di sini

Angie bantah berkomunikasi dengan Yulianis dan Rosa


Kesaksian Angelina Sondakh

Tanya jawab Nazaruddin dan Angie

Setelah persidangan itu, semua televisi makin marak memberitakan Angelina Sondakh. Dari televisi khusus berita, tayangan berita sampai infotainment. Berbohong, itulah title yang selalu diusung. Apalagi tentang BB, sepertinya pengakuan Angelina Sondakh memang tidak benar.

Foto yang menunjukkan Angelina Sondakh memiliki BB pada Juni 2009







Source
Foto-foto serupa juga dimiliki oleh wartawan-wartawan lainnya seperti dari detik dot com.

5 bukti foto lainnya yang menunjukkan Angelina Sondakh memiliki BB pada September 2009





Source

Saya sendiri masih bingung. Entahlah apa iya wanita yang saya kagumi itu berbohong. Soal BB, saya yakin ia bohong. Soal yang lain, entahlah, tapi saya memang menangkap gelagat ada 'something', 'ada sesuatu yang ditutupi', dan 'ada yang dia keep'. Apalagi BB tersebut adalah kunci semuanya. Kalau dia berbohong tentang kepemilikan BB, mungkin ia memang takut membuka kunci itu? Kunci yang dapat menjatuhkannya sendiri pada kenyataan bahwa ia benar menjadi aktor dalam kasus suap wisma atlet. Dan nyatanya setelah persidangan itu? Ia jatuh karena dianggap 'berbohong'.

Dulu Saya Ngefans Sama Angelina Sondakh. Sekarang.....?

Saya menghormati proses persidangan. Saya akan menyingkirkan anggapan-anggapan saya. Beropini tanpa bukti hanya sia-sia bukan? Toh saya tak punya bukti, atau hak men-judge.

Saat ini saya tetap berpraduga tak bersalah. Mengenal Angelina Sondakh melalui tulisannya sekian lama masih kuat untuk membuat saya percaya bahwa ia tak seburuk yang diberitakan.

Yah, saya lihat saja. Biar fakta persidangan yang bicara. Toh, sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh bukan? Bangkai ditutupi kaya apapun tercium juga pasti. Pasti! (gn)

14.2.12

Val Day

Nah ini dia hari yang paling ditunggu oleh para pecinta. Nongol sekali dalam setahun. Valentine Day!

Momentum valentine day semoga bisa mendekatkan siapapun yang sedang berkasih dan bersayang untuk saling memberi satu sama lain di hari ini dan berlanjut esok, lusa dan keesokannya, begitu terus!

Gambar dipinjam dari sini

12.2.12

Surat Untuk Sahabat

Sahabat...
Tiba-tiba aku ingin menyuarakan ini
Ketika aku masih sempat
Ketika kalian masih mengingat
Bahwa aku ada
Bahwa kita semua pernah bersama
Dan kenangan adalah satu-satunya yang selalu (pasti) menyatukan kita

10 tahun lalu....
Kutemukan kalian yang akhirnya memberi serpihan-serpihan cerita

10 tahun lalu....
Belum kusadari aku bertemu sahabat-sahabat berharga
Yang ternyata terlukis di otak dan hatiku bahwasanya sangat bermakna

Ketika aku masih sempat
Aku ingin kalian sekadar mengingat
Bahwa kalian adalah bagian orang-orang terbaik
Yang hadir menyentuh relungku

10 tahun berlalu...
Lalu lalang mereka yang datang dan pergi
Ketahuilah kalianlah yang tetap juara di hati

Mungkin ini adalah kata yang beberapa kali pernah aku ungkap
Namun (sekali lagi) ketika aku sempat
Aku ingin membuat kalian mengingat
Bahwa aku sangat mengasihi kalian yang bagian terbaik hidupku

Aku bahagia
Sungguh hatiku sangat bahagia
Ketika melihat senyum dan (mengetahui) kalian berbahagia

Dan aku (sangat) khawatir
Sangat takut
Aku berharap kalian (selalu) berbahagia

10 tahun berlalu....
Masa-masa remaja juga berlalu.

Kini....
3 perempuan menanti menjadi ibu tuk pertama kali
Perempuan yang berbahagia yang mengabdi pada suami

Kini.....
4 lajang mencoba mengais bahagia dengan pilihan dan caranya sendiri-sendiri
Lajang yang galau pada seperempat abad lebihnya
(Kita) akan bahagia (pasti)

10 tahun berlalu sejak 2.5 menyatukan kita
(Sekali lagi) ketika aku sempat
Aku ingin berkata...
Terimakasih sahabat!

Dan aku ingin kalian ingat (dan tahu)
Betapa walau sepuluh tahun telah berlalu
Aku (masih dan akan terus) menyayangi kalian yang (adalah bagian) terbaik dalam hidupku. (gn)

* For DO, DH, NAA, NNA, SRL dan MARE

6.2.12

Choice

Re Post: Choice
Gambar dipinjam dari sini
"Harus, harus senyum, harus bisa bangkit," Bintang galau dalam batinnya. Bibirnya meracau sendiri sedari ia bangun tidur.

"Harus, tak boleh menangis lagi, harus bisa," Bintang masih bicara sendiri dengan hatinya. Berusaha mempengaruhi otaknya agar sinkron pada sugesti yang tengah hatinya suarakan. Tapi...,

"Ahh...," Bintang berteriak jemu lalu menendang kaleng cocacola di hadapannya.

"Bodooook.......," tiba-tiba ia berteriak lantang lalu pergi meninggalkan keramaian diskotik, mengagetkan orang-orang yang sedang berpesta malam itu.

************

"Gimana perjalanan kamu Bin?" tanya Lian sesaat ketika berhasil menemukan cewek tomboy itu diantara hiruk pikuk bandara Ngurah Rai, Bali.

Bintang hanya merengut lalu lima detik kemudian tersenyum dan menjawab cuek, "Yaaa...., gini dehhh. Hahaha..., cap cusss Li, aku sudah tak sabar untuk ngliat pantai," jawab Bintang lalu merangkul mesra sahabat semasa SMA-nya tersebut.

Lian ganti merengut. "Uh kamu itu ya..., ditanyain kabar malah gak tahu terimakasih gitu. Uda baik aku mau jadi penyandang dana selama kamu di sini," kata Lian sambil mencubit bokong Bintang.

Mereka berangkulan lalu tertawa-tawa sambil meninggalkan Bandara Ngurah Rai, Bali.

************

"Baliiiii......," Bintang berteriak begitu sesampainya di bibir pantai Sanur. Lian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan kenorakan sahabatnya itu.

Dari tempat parkir mobil, dilihatnya Bintang bergerak ke arah pinggir pantai. Bintang tampak berusaha menyesapi udara laut dan semilir angin pantai Sanur. Kakinya dimain-mainkan menyentuh riak-riak kecil gelombang laut di pinggir pantai.

"Hati-hati Bin..., awas ombak!" Lian berteriak mengingatkan Bintang sambil menutup pintu mobil. Dari jauh tampak Bintang melambai-lambaikan tangan seolah bilang agar Lian tak usah mengkhawatirkannya.

Dua jam kemudian, Lian dan Bintang sudah asyik menyeruput es kelapa muda di salah satu warung tenda. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan liburan berdua mereka.

"Gimana Bin? Sedikit plongg??" tiba-tiba Lian berujar.

"Lumayannn, hahahaha," jawab Bintang sambil asyik menyeruput es kelapa mudanya dan memainkan sedotan.

"Kalau masih ingin lama di sini.., gak pa pa.., di sini aja dulu. Gak usah buru-buru balik ke Jakarta. Ya?"

Bintang hanya mengangguk. Tersenyum.

************

Suasana kantor sedang panas. Pak Bos, Gunawan Hendrajaya, berkacak pinggang sambil memelototi seisi ruang rapat pagi itu. Semua tertunduk, diam. Bintang juga.

"Siapa? Jawab! Siapa yang kemarin menjadi surveyor untuk nasabah gold kita? Siapa?," tanya Pak Gunawan dengan suara keras.

Takut, takut, Bintang mengacungkan jari telunjuk ke atas. Sambil terbata Bintang menjawab, "Sa sa sa... saya Pak."

Pak Gunawan semakin memelototkan matanya. Seperti raksasa yang siap menerkam.

"Kamu?" teriaknya sambil menunjuk muka Bintang dengan wajah kesal.

Sesaat suasana ruang rapat hening. Semua menunduk. Termasuk Bintang. Dalam batin, banyak yang ingin Bintang utarakan. Tentang kejadian kemarin, tentang pembelaannya dan tentang semuanya yang terjadi. Tapi ia hanya bisa diam. Karena ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan. Kehendak dan suara nasabah Gold bank tempat ia bekerja adalah yang mutlak dan utama bagi pimpinan bank. Pelayanan nomor satu wajib diberikan. Apapun. Bahkan sudah rahasia umum yang jadi kasak-kusuk di kantor bahwa Pak Hutama, nasabah gold kami yang juga komisaris direksi di salah satu perusahaan BUMN, adalah nasabah dengan pelayanan eksklusif account-account officer cantik di banyak bank termasuk di sini

Kemarin adalah tugas pertama Bintang untuk melakukan kunjungan nasabah. Selama ini ia hanya bertugas di dalam kantor untuk menerima klaim dan setoran nasabah-nasabah tingkat middle. Perasaan Bintang sesungguhnya sudah tak enak sejak manajer kreditnya memberikan tugas tersebut. Bukan karena enggan melakukan kewajiban kantor, tapi karena ia takut kasak-kusuk yang selama ini didengarnya akan menjadi bumerang bagi dirinya. Ia sempat mencoba meminta agar tugas tersebut dialihkan pada Tiwi, account officer yang selama ini memang menangani Pak Hutama. Tapi manajer kredit bilang, Pak Hutamalah yang meminta agar Bintang menjadi account officer pribadinya mulai sekarang. Bintang hanya bisa tertunduk.

Siang itu, dengan langkah sedikit ragu ia memantapkan batinnya untuk memasuki apartemen di kawasan Sudirman itu. Lantai 12. Dipencetnya penanda huruf 12 pada dinding lift. Lift bergerak pelan namun pasti menuju ke lantai 12.

Bintang memantapkan lagi hatinya ketika pintu lift terbuka. Ia berjalan, dan terus bergumam. "Aku harus bisa. Harus!" tegasnya dalam hati. Dan sampailah ia di muka pintu apartemen nomor 303. Dipencetnya bel pintu. Ditunggunya sesaat hingga pintu terbuka dan tampak pria usia 50 an di sana. Pak Hutama.

"Masuk," ujar Pak Hutama.

Bintang tersenyum dan mulai melangkahkan kaki memasuki ruang tamu kamar apartemen Pak Hutama.

************

Bintang berlari. Berlari meninggalkan apartemen di bilangan Sudirman itu. Berlari tanpa menoleh sedikitpun.

Kabur. Ya, masa bodoh dengan nasabah gold. Masa bodoh. Gak ada hubungannya pekerjaannya dengan pelayanan eksklusif yang apalah itu, serba merugikan dirinya. Gak ada hubungannya dengan profesionalitas.

Masa bodoh dengan fee dari kantor ataupun fee dari nasabah.
Masa bodoh.

Bintang menangis dan terus bergumam dalam hati. Ia tahu ia harus bangkit dan menghadapi hari pentingnya besok di kantor.

************

"Binn....," Lian menyenggol tangan Bintang.

"Eh eh.., iya?" Bintang terbangun dari lamunannya.

"Kamu itu..., tuhhh es kelapa mudanya kan sudah habis cinnn..., masih disedot-sedot juga, heran!" Lian tertawa.

Bintang gelagapan dan melihat bahwa memang es kelapa mudanya sudah habis tak tersisa. Ia tersenyum dan menggelitiki sahabatnya. Lian yang risih berusaha duduk menjauh namun Bintang tetap saja mendekat dan terus menggodanya.

Dua gadis ini tertawa-tawa. Lepas dan sesaat bahagia.

************

Matahari di pantai Sanur sudah hampir tenggelam. Lian dan Bintang bergegas pergi meninggalkan keindahan pantai Sanur.

"Aku siap jadi job seeker lagi Li," ujar Bintang.

Lian tertawa dan berkata, "Yakin loo?? Yakin?? Hmm bagaimana kalau di Bali?"

Mereka terkeukeuh, masuk mobil dan meninggalkan riuh malam yang segera bersiap di Pantai Sanur, Bali. (gn)

*BANK ADALAH PERUSAHAAN JASA KEUANGAN. BUKAN KEUANGAN DENGAN BONUS MENJAJAKAN BADAN.

4.2.12

Cinta Harusnya Tak Tuli

Gambar dipinjam dari sini
Kutengok ke atas. Tampak bulan bulat dan benderang. Membawa aroma keromantisan tersendiri bagi kami malam ini. Raymond mendekapku erat di tengah semilir angin pantai bali. Butiran pasir menghangatkan kaki kami berpijak. Dunia indah, bagi kami, malam ini.

“Bun…, apa kata anak-anak di telpon tadi?”

Aku tersenyum, menoleh untuk bisa melihat saksama wajah Raymond. Kubelai rambutnya.

“Mereka bilang kita harus menikmati liburan ini,” kataku sembari menyunggingkan senyum cinta.

Raymond tertawa genit, dan malam pun menjadi milik kami berdua.

**************************

Kulihat tubuhku masih terbalut selimut hotel yang berwarna putih.
Aku tersenyum, masih mengingat kehangatan yang kulewatkan semalam.

“Rannn….., apa kau sudah bangun?” kudengar priaku memanggil dari pojok kamar.

“Hmmm…,” kujawab malas dengan berdehem.

“Tolong ambilkan handuk sayangg...”.

Aku bangun dari tempat tidur, membaluti tubuhku sebentar dengan selimut, lalu bergegas ke arah rak untuk mengambil handuk.

Tiba-tiba terdengar pintu diketuk dengan keras dan gagang pintu dibuka paksa.

Aku masih antara sadar dan tak sadar, kulihat pintu kamar terbuka dan kulihat Raymond di sana, bersama petugas hotel.

“Raymondd…,” aku terlunglai tak mampu bicara.

Raymond menghampiriku, menatapku dengan mata benci, diam sesaat lalu berlalu ke arah kamar mandi.

**************************

Entah sudah berapa lama aku ada di ruang ini. Aku hanya bisa tertunduk dan menangis. Kulihat priaku hanya bisa meringis menahan sakit dan memar akibat pukulan Raymond.

Di hadapan kami, dua orang pria berseragam sibuk menginterogasi, menanyai ini dan itu, menguak hal-hal yang tak ingin kami bicarakan.

Sementara wartawan menunggu di luar, sibuk memotret dan berusaha mengambil gambar kami dari  balik jendela, kegirangan, mendapat topik menarik tentang perselingkuhan.

Kutengok sebentar ke arah belakang, kulihat Raymond menatapku dengan bengisnya. Aku tertunduk, tak tahu harus bagaimana. Hanya terbayang wajah Raisa, Rika dan Roni, buah hati kami berdua.

**************************

Kulihat tubuhku terbalut selimut hotel berwarna kuning.
Aku tersenyum, mengingat romantisme semalam.

“Rannn…..,” Raymond mengecupku lembut dan bergelayut mesra memeluk tubuhku.

“Hmm?” aku berdehem dan menatapnya.

“Aku mencintaimu” katanya.
Aku tersenyum, menatapnya dan kulihat ada binar penuh kasih di sana.


“Aku juga,” kataku.

Kami berciuman dan melanjutkan pagi dengan cinta.

**************************


Aku bangun, membaluti tubuhku sebentar dengan selimut lalu berjalan pelan ke arah jendela hotel. Kutoleh kebelakang, Raymond masih tertidur.

Ingatanku kembali ke tiga bulan yang lalu, saat Raymond memergokiku di kamar hotel dengan pria yang kukenal di bar. Stres memikirkan pertengkaran hebatku dengan Raymond  benar-benar membuatku kalap tak berpikir dan mengingat keluarga kala itu. Semua hanya gara-gara aku cemburu berlebihan pada Raymond.

Sebagai ibu rumah tangga yang hanya tinggal di rumah dan mengurus tiga anak usia SD, sedang Raymond pria berkarir yang punya pergaulan luas di luar rumah, terkadang memang membuatku berpikir macam-macam tentang Raymond. Namun semua dapat keredam, hingga saat itu ketika tanpa sengaja setelah mengantar anak-anak ke sekolah, kulihat Raymond di salah satu gerai mall bersama seorang wanita. Dan wanita itu adalah Astuti, sekretarisnya. Niatku untuk belanja bulanan akhirnya tertunda karena pikiran macam-macamku mendorongku untuk menguntit mereka.

Kulihat Raymond dan Astuti masuk ke sebuah toko perhiasan. Raymond memilih beberapa jenis perhiasan yang ada, lalu Astuti mencobanya. Mereka terlihat akrab, sambil sesekali bercanda. Mereka kemudian pergi ke gerai ritel baju yang lumayan ternama. Dan apa itu? Mereka menuju space baju malam dan memilih-milih beberapa. Pikiran macam-macamku, ketakmampuanku membendung prasangkaku, mengarahkan kakiku bergerak, bergerak ke arah Raymond dan Astuti. Aku berteriak-teriak kalap, entah umpatan dan kalimat kasar apa saja yang keteriakkan saat itu. Aku kesal, aku benci. Aku mengomel dan sempat menampar Raymond. Kupelototi Astuti dengan penuh kebencian, aku benar-benar benci pada calon istri adik Raymond itu. Tanpa berusaha mendengar penjelasan mereka, aku menepis semua omongan Raymond. Raymond memburuku. Tapi aku pergi.

Stres dan kecemburuan menghantarkanku ke tempat yang sudah tak kusambangi sejak aku kenal Raymond 12 tahun ini. Diskotik benar-benar hiburan yang kuanggap tepat. Dan di sanalah aku kenal pria itu, pria yang dalam semalam mendengarkan penuh seluruh keluh kesahku. Dan terjadilah hal yang tak patut aku lakukan itu. 

Aku kesal karena tak dihargai atas pengorbananku menjadi istri.
Aku kesal mendapat pengkhianatan yang tak pantas ini. 
Dan aku ingin melepaskan bebanku.

Dan ya Allah..., betapa aku ingin mengelus dada. Mengingat ketololanku ketika itu.

“Hmm…,” aku berdehem berat sambil memandang ke luar jendela. Melihat ke bawah dan dapat kudengar hiruk pikuk keramaian kolam renang tempat kami menginap. Kutengok sebentar ke belakang. Raymond masih tertidur.

Tanpa kusadari air mataku meleleh. Aku menangis. Ya Allah mengapa cemburu buta membuatku tak berpikir waktu itu. Ternyata Raymond hanya meminta bantuan Astuti. Meminta bantuan wanita yang sebulan lalu resmi jadi istri adik iparku untuk membantu memilihkan kado pernikahan kami. Pernikahan tahun ke sepuluh kami. Mengapa tak berusaha kudengar penjelasan Raymond ketika itu? Padahal aku sangat mengenalnya. Bahwa dia setia, bahwa dia penyayang keluarga.

“Rann…,” kudengor Raymond memanggil.
Lamunanku buyar dan aku menoleh.

“Sini…,” pinta Raymond.
Aku berjalan mendekat ke arah ranjang. Lalu duduk di samping Raymond berbaring.

“Maafkan aku dulu…, kesalahanku karena mengajak Astuti. Harusnya aku ajak ibu atau mama untuk membantuku memilih,” kata Raymond.

Kucium lembut bibir Raymond. Raymond membalas dengan kasih.

“Sudahh.., maafkan aku juga. Kesalahanku jauh lebih fatal,” kataku menyesal.

“Kita lupakan yaaa...,” tutur Raymond, “Aku mencintaimu”.
“Aku juga,” jawabku.

Dan siang itu pun berlanjut menjadi milik kami berdua. (gn)

3.2.12

Senyum Ade

Bahwa dalam hidup saya mau untuk banyak tersenyum dan menyenyumkan orang.
Bahwa dalam hidup saya ingin dikenang sebagai orang yang mampu membahagiakan.
Bahwa dalam hidup saya ingin tanpa mendendam.
Bahwa dalam hidup saya ingin mampu untuk memperhatikan.
Bahwa dalam hidup saya ingin selalu menyayang.
Bahwa dalam hidup saya tak ingin mempertanyakan atau mengingat apa yang pernah saya berikan.

Bahwa dalam hidup saya mau untuk selalu, selalu, selalu dan selalu tersenyum dan menyenyumkan orang.

Selamat jalan Kak Ade Namnung.

Gambar dipinjam dari sini
Belajar dari senyummu, saya ingin untuk selalu menyenyumkan. (gn)

* Untuk almarhum Kak Ade Namnung yang selalu tersenyum semasa hidupnya.

2.2.12

Kuingatkan Kau (Lelaki)

Memang,
Takdir mengutusku (wanita) menjadi makhluk sempurna yang diberkahi sebuah rahim
Rahim berharga tuk menelurkan makhluk-makhluk mungil bernama 'manusia'

Memang,
Hakikatku sebagai 'alat' lelaki melanjutkan keturunan
Tapi aku (wanita)

Panggil aku (wanita), cinta
Panggil aku (wanita), sayang
Panggil aku (wanita), istri
Panggil aku (wanita), ibu

Lelakiku..., 
Kau memang pemimpin (wanita)
Dalam keluarga kuhargai kau sebagai pembimbing ke surga

Tapi...,
Lupakah kau?
Aku (wanita)
Aku manusia
Aku memiliki 'penguasa'
Penguasa atasku
Penguasa atas hidupku
Dan penguasa atas apa yang ada di dalam rahimku
Dan itu bukan aku (wanita)
Dan itu juga bukanlah kau (lelaki)

Kuingatkan kau (lelaki)
Aku (wanita) dengan 'penguasa'Nya
Rahimku pun ada atas kehendakNya
Bukan kehendakku
Atau (pula) kehendakmu
Dan apa yang ada dalam rahimku adalah kuasaNya.

*Note: Anak adalah anugerah (apapun jenis kelaminnya)
(gn)



Ibu Dibunuh Karena Melahirkan Anak Perempuan
Sumber dari sini

TEMPO.CO , Jakarta: Sungguh malang nasib Estoria. Perempuan Afganistan yang baru menginjak usia 22 tahun itu harus meregang nyawa karena melahirkan anak ketiganya. Ia bukan meninggal dalam proses melahirkan, melainkan ia dibunuh oleh ibu mertuanya, Wali Hazrata, dan suaminya sendiri, Sher Mohammad. Untunglah, bayi merah yang kini baru berusia dua bulan itu selamat dari pembunuhan. 

Kematian Estoria yang tragis ini hanya akibat satu alasan: anak ketiga pasangan ini adalah perempuan… lagi. “Sang suami kecewa karena sangat menginginkan anak lelaki,” kata Kepala Kepolisian Distrik Khanabad, Sufi Habibullah, Senin lalu. Meski berhasil menangkap sang mertua, suami Estoria berhasil kabur dari Provinsi Kunduz, tempat tinggal mereka.

Sebelum meninggal, Estoria pernah mengeluh kepada keluarganya. Sang suami beberapa kali mengancam akan membunuhnya jika kembali melahirkan anak perempuan. “Estoria tinggal di dalam neraka, bukan rumah,” ucap salah seorang tetangga yang tak mau namanya disebut.

Direktur Urusan Perempuan Provinsi Kunduz, Nadira Gya, mengutuk insiden tersebut. “Ini adalah kejahatan keji terhadap perempuan tak berdosa,” ia menegaskan. Kepada Gya, ibu mertua Estoria bersumpah bahwa menantunya itu bunuh diri. Namun polisi membantah keterangan Hazrata. “Tidak ada tali bekas gantungan dan tidak ada bukti di tubuh jenazah yang mendukung pernyataan tersangka,” kata Habibullah. 

Nyawa perempuan di Afganistan seakan tiada harganya. Dalam beberapa bulan terakhir, kekejaman demi kekejaman terhadap perempuan di negeri itu semakin mengemuka. Kasus terakhir adalah ditemukannya seorang anak 15 tahun yang disekap dan disiksa oleh iparnya karena menolak menjadi pelacur.

Akibat kritikan dunia internasional, pemerintah Afganistan pun mengeluarkan pernyataan sikap untuk mendukung dan melindungi hak perempuan. “Hak perempuan adalah inti dari keamanan nasional negara dan keamanan rakyat di mana pun berada.”


Ketika....



Sumber gambar diambil dari sini.
(gn)

1.2.12

Februari dan Cinta

Gambar diambil dari sini



Apakah cinta hanya ada di bulan Februari?

February and Valentine is not me.
But just a little fun for a relationship.
(gn)