19.2.12

Adik Bungsu - Memang Wajah Indonesia

Gambar dipinjam dari sini

Saya adalah salah satu penggemar film televisi (ftv) yang ditayangkan oleh SCTV, yang bertajuk Sinema Wajah Indonesia. Dan baru saja saya relakan waktu tengah malam saya untuk menonton sajian Sinema Wajah Indonesia malam ini yang berjudul Adik Bungsu.

Dalam ftv ini diceritakan kisah tentang Nirwan, seorang pegawai honorer yang bercita-cita ingin menjadi pegawai negeri. Anak bungsu dari 4 bersaudara ini pun sudah beberapa kali mengikuti tes ujian penyaringan pegawai negeri sipil namun belum mendapat kesempatan untuk lulus. Bertemulah ia dengan seorang calo bernama Hartawan, famili dari mantan camat tempat ia tinggal. 

Dari Hartawan, ia mendapat banyak informasi betapa peliknya jalan menjadi seorang pegawai negeri sipil. Bahkan pintar saja tidak cukup. Hartawan bahkan menunjukkan bahwa separuh pegawai negeri sipil yang ada di kantor Nirwan tak akan bisa menyandang status yang mereka miliki sekarang tanpa bantuan dirinya.

Nirwan yang sudah kepalang tanggung dan ingin untuk mampu mewujudkan harapan ibunya agar dirinya menjadi pegawai negeri sipil seperti ayahnya pun terbujuk untuk mengikuti saran dari Hartawan untuk membayar sejumlah uang guna memperlancar jalan.

Disampaikanlah biaya yang harus ia keluarkan tersebut pada ibunya. 50 juta. Ibunya yang lugu dan polos pun bertanya dan Nirwan menyampaikan perihal bahwa sekarang biaya untuk tes masuk pegawai negeri sipil naik dan begitulah biaya yang harus dikeluarkan. Nirwan pun meminta pada ibunya untuk menyiapkan uang sejumlah demikian.

Ibu Nirwan yang memang sangat berkeinginan agar putranya tersebut mampu mengikuti jejak ayahnya akhirnya mencoba untuk menghubungi kakak Nirwan yang pertama untuk membantu adiknya agar dapat mengikuti tes pegawai negeri yang akan segera diadakan. Dihubungilah kakak Nirwan tersebut melalui telepon.

Kakak Nirwan yang pertama (perempuan) adalah anak yang paling shuttle perekonomiannya. Dia dan suaminyalah bahkan yang selama ini mengkuliahkan Nirwan dan membelikan Nirwan motor. Singkat cerita setelah berdiskusi dengan suaminya, intinya ia dan suami merasa keberatan bila harus menanggung biaya 50 juta itu sendirian, lagian selama ini merekalah yang selalu menjadi jujugan masalah keuangan. Kakak pertama Nirwan tersebut akhirnya menghubungi 2 adiknya lagi (kakak Nirwan yang kedua dan ketiga) agat turut berswadaya mengumpulkan 50 juta tersebut.

Kakak Nirwan yang kedua (laki-laki) adalah pengusaha kecil penyewaan alat-alat pesta. Istrinya merasa keberatan ketika kakak pertama Nirwan meminta untuk menyumbang 10 juta. Alasannya keperluan anak-anak mereka pun juga penting untuk diprioritaskan.

Kakak ketiga Nirwan (perempuan) memiliki usaha rental internet dengan suaminya yang berasal dari Madura. Suaminya ini termasuk orang yang agamis, sehingga ia menolak menyumbang 10 juta dengan alasan karena menyogok itu dosa. Uang yang mereka miliki pun hendak dipergunakan melunasi pembangunan warnet. Mereka sendiri juga mengeluh karena termasuk keluarga dengan perekonomian pas-pasan.

Mengetahui hal ini, marahlah kakak pertama Nirwan. Ia meminta adik-adiknya untuk berkumpul di rumahnya guna rapat keluarga.  Ketika mereka bertiga sedang rapat di ruang makan kediaman kakak pertama Nirwan, Nirwan menunggu di ruang depan. Ketiga kakak Nirwan berdebat tiada henti. Kakak pertama Nirwan mengingatkan dua adiknya bahwa ini adalah harapan mama dan jangan sampai mengecewakan mama, apalagi mama sangat mendambakan Nirwan yang memang anak kesayangannya agar dapat mewujudkan harapannya sebagai pegawai negeri sipil. Ia juga mengingatkan bahwa agar kedua adiknya ini sekali-kali juga turut tangan membantu perekonomian mama dan Nirwan, jangan hanya dirinya. Masak diminta masing-masing 10 juta saja susah padahal dia yang jumlah nominalnya lebih banyak 30 juta. Kakak kedua Nirwan mengungkapkan bahwa anak-anaknya juga membutuhkan uang pendidikan, jadi tabungan yang dimilikinya adalah sangat penting. Sedangkan kakak ketiga Nirwan beralasan uang tersebut untuk modal warnet dan menyampaikan pesan suaminya bahwa menyogok itu dosa. 

Perdebatan seru, bahkan akhirnya merembet pada kecemburuan kakak kedua dan kakak ketiga Nirwan yang mana kakak pertamanya selalu saja mau dan bingung untuk membantu Nirwan tetapi ketika dimitai bantuan oleh mereka berdua tak pernah bersedia. Nirwan yang ada di ruang depan mulai merasa jengkel dan panas, lalu berpamitan dan pulang.

Sesampai di rumah, ibu Nirwan menanyakan terkait hasil rapat kakak-kakak Nirwan. Nirwan mengungkapkan 'gagal'. Bahkan Nirwan menyatakan pada ibunya bahwa biarlah nanti kalo ia tidak lulus tahun ini dalam tes, ia hendak mengikuti Zulfikar (sahabatnya yang kebetulan sedang pulang kampung) untuk menjadi ABK (Anak Buah Kapal) saja. Ibunya yang mendengar marah dan tidak setuju. Dia berkata agar bagaimanapun Nirwan harus lulus tes tahun ini.

Malam itu pun menjadi malam yang sangat menyengsarakan bagi ibu Nirwan. Ia tak bisa tidur tenang, bahkan menangis dalam tidurnya. Ia tak mampu membayangkan bagaimana bila anak kesayangannya itu menjadi pelaut yang pulang tak tentu dalam hitungan tahun dan berlayar menantang ombak. Dia mencoba menghubungi kakak-kakak Nirwan kembali, menceritakan keluh kesahnya.

IbuNirwan yang merasa bahwa ketiga kakak Nirwan tidak bisa membantu, akhirnya memutuskan untuk mengusahakan uang tersebut sendiri. Sedangkan kakak-kakak Nirwan usai mendapat telepon curhatan mamanya, menjadi gelisah tak tentu bahkan terkadang emosinya tak terkontrol. Mereka juga bingung bila mamanya sedih. Mereka pun juga tak mampu membayangkan bila Nirwan menjadi pelaut. 

Istri kakak kedua Nirwan yang melihat hal tersebut akhirnya menghiklaskan dana pendidikan untuk anak-anaknya dipergunakan lebih dulu untuk Nirwan. Kakak kedua Nirwan pun senang dan guna menutupi keuangan keluarga, ia menaikkan harga sewa peralatan pesta miliknya. Kakak ketiga Nirwan dan suaminya akhirnya juga mengikhlaskan uang modal usaha warnetnya untuk Nirwan. Ia pun juga menaikkan harga rental game internet dan komputernya. Kenaikan harga-harga ini pun memberikan cerita unik tersendiri, yang mana mendapatkan protes dari langganan-langganan mereka. Tapi apalah daya, berhubung sedang butuh uang banyak.

Tanpa diketahui oleh Nirwan dan kakak-kakaknya, ibu Nirwan hendak menjual tanah warisan almarhum suaminya pada Pak Haji yang memang sedari dulu tertarik untuk membeli tanah tersebut. Datanglah ia ke kediaman Pak Haji. Pak haji yang menyambut senang bertanya alasan Ibu Nirwan tiba-tiba berniat untuk menjual tanah. Ibu Nirwan pun menceritakan tentang biaya tes masuk pegawai negeri sipil yang semakin mahal, tahun ini 50 juta. Pak Haji yang heran pun bertanya, tahu dari siapa, padahal anaknya tahun kemarin masuk pegawai negeri sipil tetapi tidak sebegitu besarnya. Ibu Nirwan pun menceritakan tentang Hartawan, kenalan Nirwan. Pak Haji yang kaget, memberikan informasi bahwa Hartawan juga sempat mendekati anaknya, namun mereka menolak dengan alasan Hartawan adalah calo. Ibu Nirwan yang mendengar kata calo seketika berubah raut muka. Ia yang memang lugu dan polos, pamit pulang dan setibanya di rumah marah habis pada Nirwan dan meminta Nirwan untuk mengantarnya ke Jakarta, ke rumah kakak Nirwan saat itu juga.

Di kediaman kakak pertama Nirwan, kakak-kakak Nirwan beserta pasangan-pasangannya sudah menunggu. Begitu datang, ibu Nirwan marah. Ia marah karena tak ada satupun yang memberi tahunya bahwa  Hartawan adalah calo dan uang 50 juta tersebut adalah untuk menyogok.

Kakak-kakak Nirwan berpikir bahwa ibunya sudah mengetahui hal tersebut. Mereka hanya ingin membahagiakan dan mewujudkan harapan mamanya. Suami kakak ketiga Nirwan juga mengungkapkan bahwa ia sudah berusaha mengingatkan, namun suaranya tak didengar oleh kakak-kakak Nirwan.

"LEBIH BAIK MERELAKAN ANAK BUNGSU MENJADI ANAK BUAH KAPAL, DARI PADA MENCAMPURI ANTARA HAK DAN YANG BATIL (PNS tidak legal). Jangan mengambil hak orang lain," marah ibu Nirwan.

Akhir cerita, Nirwan akhirnya memutuskan menjadi anak buah kapal. Ia pergi bersama dengan Zulfikar, sahabatnya yang memang sudah terlebih dahulu menjadi ABK. Ibunya pun ikhlas melepas kepergian putra kesayangannya tersebut. Sedangkan Hartawan, sang calo? Ia sibuk menerima banyak pembayaran dari orang-orang yang ingin mempermudah jalan. Ada yang membayar kontan, ada yang bayar mobil, gadai tanah, dan sebagainya.

Nah, saya belajar banyak dari cerita film sederhana ini. Apalagi kadang dalam hidup kita seringkali ingin mempermudah diri, tak peduli apapun jalannya. Yah inilah wajah indonesia. Bahkan sudah rahasia umum yang diketahui bersama, bahwa calo pns beredar banyak dari yang model tipu-tipu sampai yang memang benar adanya dapat membantu 'mempermulus'. Melalui sinema ini, kita disentil  tentang fenomena sosial di masyarakat yang memang jamak terjadi dan saya yakin yang tersentil pun pasti mengulas senyum.

LEBIH BAIK MERELAKAN ANAK BUNGSU MENJADI ANAK BUAH KAPAL, DARI PADA MENCAMPURI ANTARA HAK DAN YANG BATIL (PNS tidak legal). Jangan mengambil hak orang lain. - Ibu Nirwan- 

Seberapa banyakkah dari kita yang mampu berucap demikian? (gn)

No comments:

Post a Comment