20.3.12

Life is Never Flat

Gambar dipinjam dari sini

LIFE IS NEVER FLAT. Tidak, saya sedang tidak membicarakan tag dari sebuah iklan coklat batangan merek ternama yang sering nongol di televisi itu. Saya sedang berbicara sebuah kenyataan bahwa hidup memang NEVER FLAT.

Dalam hidup terkadang kita dihadapkan pada pilihan (bahkan ada juga keharusan) keluar dari zona nyaman. Apa itu zona nyaman? Zona yang diinginkan, diharapkan, namun serius de..., itu adalah zona yang (memang) harus didapatkan melalui perjuangan. Jadi ketika engkau harus mengadakan dirimu pada zona tak nyaman, apa yang harus dilakukan?

Pahami dulu tentang dirimu!

Lalu timbang kemana langkah yang harus (memang) ditempuh kakimu!

Kenali juga resikonya!

Tanyakan pada dirimu beranikah kau pada resiko dari setiap pilihan?

Dimanakah NYALIMU??

Setiap zona memang menawarkan iming-iming tersendiri. Dannn? Iming-iming yang kau pilih sejatinya (dan harusnya) memang adalah yang berani kau tempuh dan kau pertanggungjawabkan.

LIFE IS REALLY NEVER FLAT. (gn)

16.3.12

Tua dan Cerita

Gambar dipinjam dari sini

Bibirnya fasih merangkai kata dan menceritakan kisah-kisah klasik hidupnya yang lalu dan telah usai. Uban dan kerut tak menghalangi memorinya untuk berbagi kisah kepada generasinya. Jangan tanya apakah saya jenuh mendengarnya. Huumh, iya saya tak mengelak, saya memang sempat jenuh mendengar ceritanya yang ‘itu’, ‘itu’ dan ‘itu’. Yang sudah pernah saya dengar, yang sudah pernah diceritakannya (beberapa kali).

Tiga hari ini, hari-hari saya sebagian berisi dengan tutur-tuturnya. Kebanggaannya pada hidup, dan inginnya ia agar kami (anak, menantu dan cucunya) belajar dari bagian-bagian penting perjalanan nafasnya. Ia datang, tiba-tiba tanpa undangan, tanpa pemberitahuannya pada kami. Surprize, setelah kurang lebih dua tahunan ia tak berkunjung menginap di rumah kami. Renta dan usia membuat fisiknya terbatas. Apalagi jarak rumahnya dan kediaman kami, tentu menjadi pertimbangan. Beberapa kali kami sempat mengajak dan menjemputnya untuk hadir meramaikan rumah kami, tapi ia menolak. Katanya, ia ‘sakit’. Dan memang sakit adalah temannya sepanjang 20 tahunan ini. Dan kali ini, ia sungguh (memang) mengejutkan kami.

Jadilah tiga hari ini bangun dan tidur saya sedikit berisi petuah dan cerita hidupnya. 85 tahun adalah waktu yang lama, berbagai kisah manis pahit menjadi hal yang sudah dilewatinya. Dan itu juga menjadi cerita yang panjang bagi saya untuk mendengarkannya. Jenuh, walau ‘itu’, ‘itu’ dan itu lagi. Tapi kami menghormatinya. Dan saya sangat menyayanginya. Jujur, saya rindu kebersamaan seperti ini, kebersamaan yang sedikit langka dimana saya bisa tidur di sampingnya, dan menggaggunya dengan gaya tidur saya yang memang sedikit ‘tak biasa’ baginya. Dan tentu, cerewet dan cerita-ceritanya. Walau sudah senja, memorinya memang masih nyata, masih ada dan selalu dibaginya untuk saya, cucunya.

Tiba-tiba saya tersadar (kembali), bahwa ketika tua hal yang paling berharga memanglah adalah kenangan. Bahkan kenangan adalah kebanggaan hidup bagi mereka yang telah ‘menua’.
Saya jadi ingat ketika saya bercengkerama dengan si Bapak. Ia selalu menyelipkan cerita tentang kisahnya ketika menjadi marinir. Dan itu memang salah satu kebanggaannya.

Saya jadi teringat dengan si Ibu, yang sangat suka menceritakan masa-masa pahitnya membiayai sekolah dan kuliahnya dengan berjualan rokok di pinggir jalan. Masa penuh perjuangan yang ia lakukan agar bisa menjadi seperti sekarang. Karenanya ia sangat menghargai profesi mengajarnya, yang memang tak ia dapatkan dengan mudah.

Saya jadi teringat si kakek, yang bangga karena pernah mewakili karisidenan Blitar menjadi satu-satunya putra daerah yang diundang Pak Karno ke istana negara. Pengabdiannya menjadi pejuang muda walau ketika tua tak (cukup) mendapat penghargaan layak dari negara. Tapi ia selalu bahagia dengan kisahnya.

Saya jadi teringat si ini, si itu, atau si itu. Mereka-mereka yang menua dan memiliki kebanggaan hidup dengan masa-masa muda dan matangnya.

Saya jadi teringat pula dengan mereka yang pernah terkenal, menua lalu membiografikan perjalanan-perjalanannya.

Bahwa ketika tua, muda dan dewasa adalah saat-saat yang akan diingat ketika menua.

Bahwa ketika tua, hidup yang lalu adalah sangat berharga. Sangat-sangat berharga. Segala isinya adalah kebanggaan. Ketika usia telah renta, ketika waktu berlalu dan generasi demi generasi terlahir menggantikan yang dulunya muda, APALAGI YANG MEMBANGGAKAN SELAIN HAL BERHARGA YANG PERNAH DILAKUKAN KETIKA MUDA?

Dan saya? Kita? Semoga bisa memiliki kenangan yang juga ‘membanggakan’ bagi generasi kita. (gn)

10.3.12

New Layout

new design by me

Footer with my lovely blogroll


 So lovely......!!!
(gn)

9.3.12

In the Morning

Hujan turun dengan lebat
Tepat ketika mata terbuka menatap

Senja pagi malu-malu muncul balik peraduan
Tertutup kabut dingin dibalik awan

Selamat pagi dunia
Masihkah mentari membuka tangannya?

Pagiiiii!

I can see the morning
But i could't be the morning
Good morning!

7.3.12

Si Lelaki DPR dan Rok

Gambar dipinjam dari sini
Nah ini dia kejutan lagi dari mereka yang duduk di singgasana terhormat Indonesia. DPR berencana membuat peraturan baru yang melarang staf dewan menggunakan rok mini di lingkungan kerja dewan. Pertanyaan saya..., apakah selama ini kinerja dewan terganggu oleh 'rok'? Hmmm.....

Tiba-tiba saya teringat beberapa kasus yang terjadi beberapa tahun lalu, beberapa anggota DPR terkuak skandalnya terkait dengan main perempuan. Yang paling heboh tentu skandal Yahya Zaini dan Arifianto. Yahya Zaini heboh dengan foto syurnya bersama seorang pedangdur sedang Arifianto tertangkap lensa kamera wartawan sedang menonton video porno saat Sidang Paripurna penutupan masa sidang III tahun 2010-2011. Bikin geleng-geleng ya? Dan masih banyak kasus serupa.
  
Wakil Rakyat dan Seks, Bukan Cerita Kosong



Hmm saya jadi teringat dengan pepatah bijak yang berkata bahwa cobaan terberat bagi seorang laki-laki adalah harta, tahta dan wanita. Para lelaki anggota DPR yang terhormat memiliki harta, juga tahta. Lalu wanita jadi isu berikutnya yang tentu wajib diwaspadai donk? :-)

DPR sepertinya berusaha memperbaiki semua agar kinerja DPR juga bisa semakin membaik di mata rakyat. Satu di antaranya menertibkan cara berbusana para staf Dewan. Tapi sekali lagi, apakah selama ini kinerja dewan terganggu oleh 'rok'? Hmmm.....

Apakah mereka ketika bekerja tidak mampu berkonsentrasi hanya gara-gara rok? Padahal kalau saya perhatikan di televisi, dari dokumentasi-dokumentasinya, selama ini perempuan di lingkungan kerja gedung DPR memakai rok dengan model yang wajar dan taraf sopan. Rata-rata selutut atau sedikit di bawah lutut (bukan seperti yang dipakai abg ke mall atau SPG yang mana seringkali memamerkan paha).

Hmm.., tapi emang di wilayah kerja serius tingkat tinggi seperti di DPR (yang merupakan lembaga tinggi) ada ya pekerjanya yang pakai rok mini? Emang ada gitu tamu yang berani pakai yang mini? Mini itu kurang atau sama dengan separuh paha dalam pengertian jamak saya. Hmm, kalau emang mininya sudah taraf seperti itu , ya baiknya memang ada pelarangan.


Sedikit intermezo
Sedari dulu saya pribadi agak sensitif bila bicara masalah perempuan dengan busananya yang sering dijadikan pihak yang patut dipersalahkan bila terjadi pelecehan dan semacamnya. Apalagi ketika marak kasus pemerkosaan dalam angkot. 'Katanya' semua itu karena perempuan pakai baju minim. Hmm? Iyakah?

Bicara anti pakaian minim bila bertujuan untuk melindungi perempuan dari pelecehan seksual, saya rasa korelasi antara pakaian minim dan pelecehan seksual sama sekali tidak ada. Apakah selama ini korban-korban dari pelecehan seksual adalah mereka-mereka (perempuan) yang berpakaian rok mini? Tidak bukan?

Pelecehan itu menurut saya terjadi karena ada pihak yang merasa lebih superior dan kuat daripada pihak lain. Perasaan superior, atau ‘lebih’ inilah yang umumnya membuat mereka yang 'merasa kuat' merasa boleh atau bisa melakukan apapun yang dikehendakinya. Ingat loh, kasus pelecehan seksual tidak hanya antara laki-laki dan perempuan dewasa saja, tapi juga kasus orang dewasa terhadap anak-anak, bos terhadap anak buah, guru pada muridnya, majikan terhadap pembantu rumah tangga dan banyak lagi

Dan tentang aturan pembatasan busana bagi wanita rasa-rasanya kok menempatkan perempuan seolah-olah sebagai obyek yang salah ya dengan pakaiannya?

Padahal, pakaian sama sekali nggak ngaruh menurut saya. Ekstrimnya, kalaupun perempuan berbikini di tengah puluhan pria-pria, kalau tidak ada satu pria pun di sekelilingnya merasa superior dan merasa boleh melakukan apa yang ia mau terhadap perempuan tersebut, pelecehan seksual tak pernah akan ada. (gn)

6.3.12

Perempuan Dan Menikah

Gambar dipinjam dari sini
Tergelitik oleh video yang diunggah oleh Yahoo! She Indonesia yang ber-title Real Women Real Answers - Perlukah Menikah, saya tertarik untuk memberikan pendapat saya terkait topik yang diangkat tersebut.

Simak videonya:


Menikah itu menurut saya pada dasarnya adalah pilihan. Pilihan untuk melangkah dan menerima paket lengkap duka dan bahagia yang ada dalam 'pernikahan'. Karena memang tak ada jaminan bahwa pernikahan itu isinya adalah bahagia 100%. Duka 100%? Itu juga misteri.

Kalau ditanya apakah perempuan harus menikah?
Jawaban saya jelas, "ENGGAK HARUS".

Mengapa? Karena memang sekali lagi menikah itu pilihan. Dan setiap orang punya hak asasi untuk memilih jalan untuk menikah atau tak menikah. Yang memutuskan menikah pasti punya alasan. Dan yang takut, masih takut atau yang memutuskan tak menikah pun pasti juga memiliki pertimbangan.

Cuma, hidup memang tak bisa sebebas yang dibayangkan. Apalagi bila mengingat bahwa kita (perempuan) hidup dengan label 'makhluk sosial'. Banyak yang juga harus kita pikirkan (keluarga, orang tua terutama). Di sinilah menikah biasanya menjadi seolah keharusan bagi yang enggan. Dengan alasan membahagiakan yang ingin dibahagiakan.

Apakah perempuan perlu menikah?
Jawaban saya lugas, 'tergantung kebutuhan'!
Kalau butuh punya anak secara legal agama dan negara, nikah ya sangat perlu. Eits, tapi menikah bukan cuma urusan keturunan.
Kalau ingin memiliki pasangan yang mana terhormat secara sosial di mata masyarakat, ya nikah itu harus, daripada ada gunjingan sana-sini karena kumpul kebo.
Mengikuti sunnah rosul? Menikahlah!
Butuh rasa aman batin dan sosial? Menikahlah. Menikah itu masalah status. Segala hal yang diperoleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan bisa juga kok diperoleh dengan tanpa menikah. Tapi tidak untuk rasa aman batin dan sosial.

Yah sekali lagi pilihan! Hidup memang harus memilih. Dan seyogyanya apapun pilihannya, kita sanggup mempertanggungjawabkannya, setidaknya pada diri kita sendiri!

Kebahagian maksimalmu tergantung pada 'pilihan'mu!
Menikah atau tidak, it's your choice girl! (gn)