7.3.12

Si Lelaki DPR dan Rok

Gambar dipinjam dari sini
Nah ini dia kejutan lagi dari mereka yang duduk di singgasana terhormat Indonesia. DPR berencana membuat peraturan baru yang melarang staf dewan menggunakan rok mini di lingkungan kerja dewan. Pertanyaan saya..., apakah selama ini kinerja dewan terganggu oleh 'rok'? Hmmm.....

Tiba-tiba saya teringat beberapa kasus yang terjadi beberapa tahun lalu, beberapa anggota DPR terkuak skandalnya terkait dengan main perempuan. Yang paling heboh tentu skandal Yahya Zaini dan Arifianto. Yahya Zaini heboh dengan foto syurnya bersama seorang pedangdur sedang Arifianto tertangkap lensa kamera wartawan sedang menonton video porno saat Sidang Paripurna penutupan masa sidang III tahun 2010-2011. Bikin geleng-geleng ya? Dan masih banyak kasus serupa.
  
Wakil Rakyat dan Seks, Bukan Cerita Kosong



Hmm saya jadi teringat dengan pepatah bijak yang berkata bahwa cobaan terberat bagi seorang laki-laki adalah harta, tahta dan wanita. Para lelaki anggota DPR yang terhormat memiliki harta, juga tahta. Lalu wanita jadi isu berikutnya yang tentu wajib diwaspadai donk? :-)

DPR sepertinya berusaha memperbaiki semua agar kinerja DPR juga bisa semakin membaik di mata rakyat. Satu di antaranya menertibkan cara berbusana para staf Dewan. Tapi sekali lagi, apakah selama ini kinerja dewan terganggu oleh 'rok'? Hmmm.....

Apakah mereka ketika bekerja tidak mampu berkonsentrasi hanya gara-gara rok? Padahal kalau saya perhatikan di televisi, dari dokumentasi-dokumentasinya, selama ini perempuan di lingkungan kerja gedung DPR memakai rok dengan model yang wajar dan taraf sopan. Rata-rata selutut atau sedikit di bawah lutut (bukan seperti yang dipakai abg ke mall atau SPG yang mana seringkali memamerkan paha).

Hmm.., tapi emang di wilayah kerja serius tingkat tinggi seperti di DPR (yang merupakan lembaga tinggi) ada ya pekerjanya yang pakai rok mini? Emang ada gitu tamu yang berani pakai yang mini? Mini itu kurang atau sama dengan separuh paha dalam pengertian jamak saya. Hmm, kalau emang mininya sudah taraf seperti itu , ya baiknya memang ada pelarangan.


Sedikit intermezo
Sedari dulu saya pribadi agak sensitif bila bicara masalah perempuan dengan busananya yang sering dijadikan pihak yang patut dipersalahkan bila terjadi pelecehan dan semacamnya. Apalagi ketika marak kasus pemerkosaan dalam angkot. 'Katanya' semua itu karena perempuan pakai baju minim. Hmm? Iyakah?

Bicara anti pakaian minim bila bertujuan untuk melindungi perempuan dari pelecehan seksual, saya rasa korelasi antara pakaian minim dan pelecehan seksual sama sekali tidak ada. Apakah selama ini korban-korban dari pelecehan seksual adalah mereka-mereka (perempuan) yang berpakaian rok mini? Tidak bukan?

Pelecehan itu menurut saya terjadi karena ada pihak yang merasa lebih superior dan kuat daripada pihak lain. Perasaan superior, atau ‘lebih’ inilah yang umumnya membuat mereka yang 'merasa kuat' merasa boleh atau bisa melakukan apapun yang dikehendakinya. Ingat loh, kasus pelecehan seksual tidak hanya antara laki-laki dan perempuan dewasa saja, tapi juga kasus orang dewasa terhadap anak-anak, bos terhadap anak buah, guru pada muridnya, majikan terhadap pembantu rumah tangga dan banyak lagi

Dan tentang aturan pembatasan busana bagi wanita rasa-rasanya kok menempatkan perempuan seolah-olah sebagai obyek yang salah ya dengan pakaiannya?

Padahal, pakaian sama sekali nggak ngaruh menurut saya. Ekstrimnya, kalaupun perempuan berbikini di tengah puluhan pria-pria, kalau tidak ada satu pria pun di sekelilingnya merasa superior dan merasa boleh melakukan apa yang ia mau terhadap perempuan tersebut, pelecehan seksual tak pernah akan ada. (gn)

1 comment:

  1. DPR sekarang ngurusin rok juga?
    bukannya ada menteri pemberdayaan perempuan?
    sama menteri agama?
    mereka aja suruh meeting bahas rok mini. he he

    ReplyDelete