26.10.10

Renungan Merapi 261010



Hati saya bergetar, menyaksikan tayangan di televisi terkait kondisi terbaru pasca meletusnya gunung merapi. Ada prihatin yang menyayat batin, membuat saya ikut luruh merasakan derita korban. Mengajarkan saya kembali akan pentingnya sebuah nyawa juga arti dari hidup.

Merapi. Meledak pulalah akhirnya kemarahanmu. Kau tahan sedemikian lama, kau pendam dan kau perbanyak produksi lava dan lahar. Sehingga muntahlah dan terjadi peristiwa 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB.

Merapi. Gunung yang dikononkan masyarakat setempat dengan berbagai perihal klenik dan aturan-aturan jawa. Huah, akhirnya berhasil mengambil nyawa dari juru kunci juga sejumlah warga lain yang tak sempat terselamatkan. Miris. Entah nekad, sok kuat atau apa. Mereka memilih bertahan di daerah rawan dan sudah dinyatakan awas hanya demi alasan menjaga Merapi, setia kepada Merapi.

Lihatlah, seberapa guna ritual tiap tahun itu? Sesajen-sesajen juga kongkalikong yang diucapkan untuk menegoisasi Merapi. Saya jadi teringat mantra yg diucapkan Mbah Marijan (saya rasa ini satu-satunya yang terkabul). Dalam ritual salah satu permintaan Mbah Marijan adalah agar bila meletus Merapi melewati jalurnya sendiri dan tidak mencapai keraton. Tetapi kenapa juga Mbah Marijan tidak menyingkir dari kediamannya yang notabene bukanlah keraton dan termasuk kawasan yg dilewati lahar? Setia mengkunci Merapi beliau rupanya (rumah pribadinya yang 2 km dari Merapi maksudnya).

Ah dasar masyarakat kultural jawa. Memegang teguh kepercayaannya dengan meminimkan logika. Mungkin begitulah cara mereka menghargai nyawa. Entahlah. Saya hanya bisa menduga-duga.

Rasa salut akan pengabdian kerja juga saya tujukan kepada wartawan vivanews.com, yang meninggal terkena aliran lahar panas. Sebagai orang yang pernah menjadi penggiat pers kampus saya bisa memahami dedikasi anda. Tapi miris, istri menjadi janda dan putra-putri menjadi yatim.

Merapi. Pilihan bagi masing-masing. Untuk bergabung dengan segala muntahannya atau menghindar darinya. (gn)

No comments:

Post a Comment