18.5.09

Tentang Perempuan Acak Adul Itu



Hatinya gemuruh, 
segelegar petir tatkala disambangi hujan pelangi. 
Wajahnya tersipu, 
malu-malu merunduk mengenang indah memori itu. 

Bagaimana pada akhirnya ia berjumpa tempat ternyaman. Sebongkah bidang dada penuh lekuk keringat,  
tak wangi, 
akan tetapi empuk sehangat kawanan kapas. 

Bagaimana pada waktunya ia menakhlukkan sejuta keluhan, tangisan dan cercaan tiada henti. 
Menjadi kerikil kecil yang bisa dihancurkan di tempat ternyaman itu, 
sebongkah dada ala kadarnya. 

Ini, tentang perempuan acak adul itu. 
Sungguh beruntungnya. 
Mendapat surga kasih dengan cara yang sederhana. 

Se-simple matahari yang memancarkan sinar pada bulan, 
agar benderang di gelap gulita malam (gn).

No comments:

Post a Comment