18.7.11

ABSTRAK

Matanya nanar. 
Terbayang lukisan di etalasenya. 
Lukisan yang hendak ia lukis di atas awan, 
di atas awan yang berkabut. 

Ragu, tapi berusaha ia tegaskan. 
Bingung, namun telah ia tentukan. 
Diambilnya kuas. 
Disapukannya lembut dalam cawan akrilik. 

Digoreskan olehnya pelan, 
namun pasti ke kanvas berbahan karung goni. 
Coretan yang mengandung garis tegas, 
namun berwarna misteri. 

Ketidakpastian itu terus berusaha diterjangnya. 
Dirangkaikan olehnya dengan sebuah mimpi bahwa akan indah pada akhirnya. 

Dan, sejuta windu sudah. 
Lukisan itu belum juga menunjukkan senjanya. 
Dan wanita rapuh itu, terus mengindahkan maha karyanya. (gn)

No comments:

Post a Comment