4.2.10

Yu Sri

Tergopoh-gopoh, wanita itu berjalan cepat menuju kamar mandi umum di ujung gang pasar.

"Aduh," dipegangnya perut yang melilit itu dan perempuan bertumbuh tambun ini terus berjalan cepat. Secepatnya, secepat yang ia bisa agar lekas sampai di kamar mandi umum, di ujung gang pasar itu.

Sempat ditengoknya jam dinding ketika melalui gardu masuk pasar. Pukul 00.25. Pagi yang dingin, dimana hiruk pikuk pasar sudah dimulai untuk para tengkulak.

*****

"Ya ampun, sudah tidak kuat," dipaksakannya menyeret kaki bengkak yang disebabkan beban yang menggandol di badannya. Sedikit senyum tersungging di bibir ketika dilihatnya deretan kamar mandi umum hanya berjarak 5 meter lagi.

Dikuatkan dirinya, berlari kecil hingga tangannya berhasil menyamber gagang pintu itu. Ditengoknya kiri kanan. Sepi. Tak ada orang, seperti yang diharapkannya. Pak Jo juga belum datang untuk menjaga bilik-bilik penghasilannya ini.

Janda muda ini lekas mengunci pintu dari dalam. Diaturnya posisi yang enak dan nyaman bagi tubuh besarnya. Ia merintih, berusaha mengeluarkan sekuat tenaga apa yang dihajatnya dari tadi.

*****

Sudah hampir 20 menit, Yu Sri masih bergelut dengan perjuangannya. Di kamar mandi umum, di ujung gang pasar itu.

Ia berpeluh keringat dan terus mengeram menahan nyeri dan sakit yang menderanya.

*****

"Oek oek oek," janin itu terlahir juga 1 jam kemudian.

Dengan sigap Yu Sri membungkap muka bayinya dengan selendang gendongan mlijo yang terselempang di badannya. Tak ada 2 menit, suasana kembali hening, tak terdengar lagi suara apapun.

Tergugup, diambilnya pisau lipat. Diiris-irisnya daging merah itu lalu dimasukkannya tiap-tiap bagian ke lubang pembuangan kotoran di hadapannya.

*****

"Yu, hari ini kulak tewel apo gak?" sapa mbok Jah padanya.

"Yo iyo to Mbok," kata Yu Sri sambil mencubit wanita langganannya kulakan sayur mayur itu.

Sempat ia menengok jam di gardu pasar. Jam 2 pagi. (gn)

No comments:

Post a Comment