26.9.10

SEKAK

"Bune!" teriak Kasim yang tengah duduk di kursi makan, "Aku mau berangkat".

"Iya Pakne. Iyaa," jawab Sumini sambil berjalan tergopoh dari pawon. Segera ia menuju bufet lalu menyamber tas kerja di sana.

"Ini Pakne," ujar Sumini begitu sampai di hadapan suaminya. Langsung saja diserahkannya tas tadi.

"Yo wes. Aku budal. Doane," kata Kasim beranjak dari duduk.

"Hati-hati di jalan," pesan Sumini. Diciumnya tangan suaminya itu.

"Hati-hati Paknee," pesan Sumini lagi setengah berteriak ketika Kasim berlalu 3 m dari rumah. Entah, meski 10 tahun terbiasa menghantar suaminya, baru kali ini perasaannya berkecamuk tak karuan.

"Semoga lancar," gumam Sumini mengelus dada. Ia bersandar di daun pintu, melamun sesaat hingga ada anak kecil yang menjawilnya.

"Buk!" terdengar suara.

"Oh," Sumini kaget, "Oalah nduk, kamu. Ada apa?" Sumini tersadar dari lamunannya.

"Besok Atik sekolah kan Buk? Bapak nanti bawa uang kan?" tanya anak 8 tahun itu polos.

"Iya nduk, iya. Besok Atik sekolah. Besok Atik bayar SPP 3 bulannya. Ya?" tutur Sumini lembut lalu memeluk putri tunggalnya.

"Ayo belajar dulu sana di kamar," pinta perempuan 40 tahun itu dan dituruti tanpa bantahan oleh Atik.

"Fyuhh," Sumini menarik nafas. Teringat akan hutang-hutang segunung itu.

Biaya kontrakan yang nunggak 3 bulan, hutang beras di warung sebelah, hutang di tetangga, biaya sekolah Atik, biaya perawatan ibunya di rumah sakit bulan lalu yang pinjam dari rentenir, juga uang yang harus dikembalikan suaminya setelah di PHK dan difitnah mencuri uang kantor.

**

Matahari terik di peraduan. Baru saja Sumini selesai menjemur pakaian.

"Asalamualaikum," terdengar suara dari luar. Ada tamu ternyata.

"Iyaa," sahut Sumini sambil berlari kecil ke teras.

"Hah polisi," sebut Sumini dalam hati begitu melihat siapa tamunya.

"Anda istri Pak Kasim?" tanya polisi itu.

"Iya benar".

"Saya dari Polsek Mampang. Pak Kasim kena hajar masa saat mencopet di bis. Kondisinya kritis".

"Apa?" teriak Sumini lalu tak sadarkan diri. (gn)

No comments:

Post a Comment