20.8.09

Matinya Dara Malam

Gambar dipinjam dari sini
Derap langkah-langkah itu semakin dekat. Sementara lampu kuning yang ada di atas kepalaku menyala byar pet. Kudengar lagi, ya langkah-langkah itu memang terdengar semakin dekat. Dan aku tak ada pilihan jalan lain. Gang ini buntu!

.......................................

Tepat jam 11 malam. Aku sedang memperbaiki riasanku hingga kudengar suara manajer klub memanggil, "Mar..., 5 menit lagi kamu". 

Yah.., 5 menit lagi. Aku segera tancap memperbaiki riasanku, merapikan baju dan rok miniku. Walaupun yang mereka nanti-nanti adalah apa yang ada di dalam pakaianku, tapi tampil sempurna luar dan dalam justru lebih menarik bukan? Siapa tahu malam ini aku bisa mengkantongi uang lebih. Lumayan bisa buat bayar pengobatan rutin emak.

.......................................

Derap langkah-langkah itu benar-benar semakin dekat. Lampu kuning yang ada di atas kepalaku masih menyala byar pet. Kudengar lagi, ya langkah-langkah itu memang sangat-sangat terdengar semakin dekat. Dan aku tak ada pilihan jalan lain. Kucoba cari celah, tapi yang ada cuma lubang tikus. Gang ini buntu! Benar-benar buntu!

.......................................

Aku menari dengan lemah gemulai. Sebagai primadona level dua aku harus selalu menjaga performaku. Jangan sampai aku tergeser oleh Ratna, Mina, Sri atau lainnya yang sedang berusaha naik ke levelku. Syukur-syukur kalau banyak klien yang tertarik padaku, kalau naik ke level satu paling enggak layananku bukan hanya untuk kelas-kelas pekerja kantoran yang gajinya pas-pasan. 

Kulihat para lelaki hidung belang yang ada di bawah stage mulai berteriak-teriak, "buka..., bukaaa..., bukaaaaa," mereka tertawa-tawa bahagia sambil mengeplok-ngeplokkan kedua telapak tangannya. Aku pun pura-pura tertawa pula, senyum genit, sedikit-sedikit memberi mereka pemandangan yang diinginkan, namun tetap kujaga rasa penasaran. Masih 10 menitan lagi, hingga aku membuka lingerie-ku, sementara tank top dan rok mini sudah berada entah dimana. Mungkin disembunyikan oleh orang beruntung diantara lelaki-lelaki di bawah stage ini.

.......................................

Dua pria bertopi itu kini tepat ada di depan gerobak sampah tempat aku bersembunyi.  Lampu kuning yang ada di atas kepala kami menyala byar pet. Aku membungkam mulutku. Menahan rasa takutku hingga jangan sampai memunculkan suara gemetar. Aku lipat kakiku. Bau. Gerobak sampah besar ini benar-benar bau. Tapi, justru lebih menakutkan mati bukan daripada cuma sekadar bau sampah. Atau jangan-jangan ada mayat dibuang di gerobak sampah ini? Karena baunya sangat-sangat menusuk.  Sementara lampu kuning byar pet memberi pemandangan ala disko.

.......................................


Satu setengah jam sudah. Aku telah menyelesaikan show. Lumayan, aku merasa sudah melakukan yang total dalam pertunjukan tadi. Sekarang waktunya aku pulang.

Kini aku sudah berdandan ala manusia-manusia normal di luaran sana. Celana jins, baju hem lengan panjang. Kusambar tas tangan dan bergegas keluar klub mencegat taksi. Kutengok jam tangan, angka munjukkan jam 1 lebih sedikit. Heran, kenapa taksinya lama amat ya.

Jalanan sekitar klub nampak sepi, aku masih menunggu. Sudah 15 menit tapi belum juga ada taksi yang lewat. Aku putuskan mulai melangkahkan kaki, sapa tahu di ujung jalan depan ada taksi.

Beberapa menit berjalan kaki, aku merasa ada yang mengikuti. Kutoleh, tapi tak terlihat siapapun. Aku mempercepat langkah.

Perasaanku sungguh tak enak, aku merasa ada yang menguntiti. Kutoleh lagi, tak ada siapapun. Kutoleh lagi, eh itu apa itu? Aku melihat dua sosok bayangan berbadan tegap bertopi. Aku mempercepat langkah kaki, sempat kutoleh, benar mereka mengikutiku.

.......................................

Aku yang ketakutan semakin menundukkan kepala. Aku takut, siapa mereka, siapa?

Terdengar suara mereka berbincang. Jantungku mulai berdegup kencang, tak salah dengarkah aku? Mereka akan mencincangku? "Krompyangggg", tanpa sengaja aku menendang kaleng susu di depan kakiku. Aku takut, aku sangat takut. Sialan, aku tak melihat ada apa saja di sekitarku. Gelap, sementara lampu kuning itu masih byar pet byar pet.

Aku menggigil dan ketika kudongakkan kepalaku, wajah salah satu dari pria itu ada di atas wajahku.

.......................................

Sudah matikah aku?
Kenapa aku merasa ringan sekali???
Tapi, kenapa badanku sakit semua?
Seperti habis dihujam-hujam.

Eit, apa itu?
Bukankah itu emak??
Kenapa emak menangis?

Oh itu?
Apa itu?
Bukankah itu aku? (gn)

No comments:

Post a Comment