28 Oktober 1928
28 Oktober 2011
Riwayatmu kini
Setelah ikrar itu
Setelah sejarah itu
Yang dulu pemuda
Dan kini adalah petua
Bahkan mungkin telah tiada
Yang dulu batita
Bahkan belum ada
Dan kini menjadi harapan bangsa
Masih satu nusakah?
Masih satu bangsakah?
Masih satu bahasakah kita?
Ikrar itu 83 tahun yang lalu...
"Kami, putra-putri Indonesia.
Mengaku, bertanah air satu tanah air Indonesia"
"Kami, putra-putri Indonesia.
Mengaku, berbangsa satu bangsa Indonesia"
"Kami, putra-putri Indonesia.
Mengaku, berbahasa satu bahasa Indonesia"
Kini...
Setelah digerus zaman
Dan ditempa dengan tantangan pada tiap-tiap generasinya Masih nasionaliskah kita?
Makna yang kini telah menjadi lain
Tak lagi dikenal pahlawan-pahlawan itu
Lagu-lagu kebangsaan atau sejarah itu
Huah, makanan apa semua itu?
Sedang tawuran dimana-dimana
Demi yang berkepentingan
Tak peduli pemuda intelektual atau bukan
Perpecahan diutamakan
Pemuda...
Seperti inikah wajahmu kini?
Mentang-mentang kita sudah merdeka
Mentang-mentang kolonial nyata tak begitu tampak di kasat mata
Apa iya permusuhan kita tabur di negeri sendiri?
Bangsa yang besar
Adalah yang menghargai sejarahnya sendiri
Dan tentunya mengukir sejarah yang indah
Di masa kini
Juga nanti
Bersatulah
Buatlah sejarah yang apik tentang kita para pemuda
Maknailah ikrar itu
Ikrar yang membuat kita dikenal dan berjaya 82 tahun yang lalu
Maknailah kita satu nusa
Maknailah kita satu bangsa
Dan kita satu bahasa
Berprestasilah
Gemilanglah
Ingat, globalisasi di depan mata
Hentikan tawuran-tawuran rutin itu
Yang membuat kalian terkenal sebagai pemuda
Dulu sekali kita pernah pecah
Karena penjajah
Jangan sekarang kalah
Karena egoisme gejolak muda
Keberhasilan Indonesia
Ada di tangan kita.(gn)
*ditulis sebagai kritik di hari Sumpah Pemuda terhadap maraknya tawuran pelajar, mahasiswa serta golongan muda lainnya yang marak terjadi beberapa tahun terakhir.
No comments:
Post a Comment